Latihan Untuk Atlet Muda
LATIHAN UNTUK ATLET MUDA
“Untuk Semua Cabang Olah Raga”
Oleh
Dr.Marta Dinata,M.Pd.
.
PENERBIT CERDAS JAYA
JAKARTA
2017
BAB I
ADA APA DENGAN OLAH RAGA DI INDONESIA?
Prestasi olah raga di Indonesia pada saat ini sangat memperihatinkan. Negara sebesar Indonesia tidak bisa berprestasi banya di arena internasional, seperti: SEA Games, Asian Games dan Olimpiade, bahkan di arena Single Event pun. Kita tidak bisa berprestasi , kecuali olah raga yang sudah punya tradisi juara seperti bulu tangkis.
Kalau kita lihat pada arena SEA Games sejak SEA Games tahun 1999 di Brunei Darussalam , Indonesia terperosok menjadi urutan ke -3 kemudian peristiwa itu berlanjut di Kuala Lumpur pada SEA Games XXI dan SEA Games XXII di Vietnam.
Sejak Indonesia ikut serta di SEA Games IX tahun 1977, juara umum telah menjadi tradisi. Pada SEA Games XIII tahun 1985 dan SEA Games XVIII tahun 1995 yang diselenggarakan di Thailand , bergeser ke urutan ke-2 , di bawah tuan rumah Thailand.
Di arena olimpiade sampai saat ini kita baru mampu merebut medali di tiga cabang olah raga, yaitu bulu tangkis, yang merebut emas, perak, dan perunggu, serta penahan merebut perak.
Sejak Indonesia berpartisipasi di gelanggang olimpiade XV tahun 1952 di Helsinki, baru 40 tahun kemudian, tepatnya di Olimpiade XXV tahun 1992 di Barcelona,Indonesia mendapat medali emas dari bulu tangkis. Pada saat itu Indonesia mendapat 2 medali emas, 2 medali perak dan 1 perunggu, dan berada pada urutan ke -24. Meskipun sampai saat ini tradisi medali emas bulu tangkis masih tetap dipertahankan, namum tidak ada cabang olah raga lain yang dapat merebut emas.
Di Asian games, kita selalu di bawah Jepang, Cina, Korea Selatan, dan Korea Utara, kecuali di Asian games IV di Jakarta tahun 1962. Indonesia menjadi juara 2, dan pada waktu itu Presiden Soekarno mengarahkan segala kekuatan bangsa ini untuk mensukseskan Asian Games. Dalam pidatonya sebelum Asian Games di hadapan olahragawan di Sasana Gembira Bandung pada tanggal 9 april 1961.
Presiden Soekarno mengatakan “Engkau adalah olahragawan, itulah kau punya wilayah tetapi dedication of life-mu harus untuk indonesia. Nah inilah pesan yang aku berikan pada saat sekarang ini, dengan harapan, agar supaya kita nanti bukan saja hanya di dalam pertandingan-pertandingan Asian Games, tetapi seterusnya kita ini membangun SUATU NATION INDONESIA, NATION BUILDING INDONESIA, yang membuat bangsa-bangsa yang mulia, bangsa yang tegak berdiri, bangsa yang bahagia”.
Tidak dapat dibantah bahwa pidato yang penuh semangat itu membangkitkan semangat dan para kegairahan para olahragawan kita yang tengah mengikuti latihan-latihan, yang untuk sementara diadakan di kota kembang tersebut, yang kemudian di pusatkan di gelanggang olah raga senayan ,Jakarta.
Melalui seleksi di tingkat kabupaten dan propinsi, yang memakan waktu selama dua tahun dari 1959 hingga 1961, sejumlah 419 orang atlet yang berasal dari 20 propinsi se-indonesia, secara bertahap telah dipanggil ke Jakarta. Setelah menjalani latihandan ujian selama beberapa waktu, akhirnya terdapat 333 orang atlet yang dianggap terbaik dari pada atlet yang telah dipanggil itu. Dengan perkataan lain 86 orang atlet telah dikembalikan ke daerahnya masing-masing.
Selama setahun penuh ke-333 atlet inilah yang harus digembleng, digodok di pusat latihan (Training centre) dengan mengerahkan tenaga pelatih yang kita miliki sendiri.
Dalam latihan, mereka itu menerima gemblengan dalam bidang teknik, fisik dan mental, untuk menghadapi pertarungan berat di arena Asian Games IV.
Tumpuan harapan Indonesia terletak di atas pundak 333 orang atlet, yang sesuai dengan harapan Presiden Soekarno harus memberikan pengorbanannya untuk nusa dan bangsa, tanah air tercinta Indonesia.
Sebanyak 14 cabang olah raga yang di pertandingan yaitu: Angkat Besi, Atletik, Balap Sepeda, Bola Basket, Bola Voli, Bulu Tangkis, Gulat, Hoki, Menembak, Renang, Sepak Bola, Tenis Meja, dan Tinju, semuanya diikuti oleh Indonesia.
Setelah mengalami gemblengan selama setahun dan mengadakan berbagai uji coba ke luar negeri, menurut perhitungan sementara target yang direncanakan adalah masuk dalam 5 besar di anatara 17 negara peserta Asian Games IV. Mungkin dalam perkiraan masih terbayang “zaman perunggu” dan mengingat kedudukan Indonesia sebagai nomor 14 di New Delhi, pada Asia games I dan merebut 5 medali perunggu akan tetapi pertarungan di lapangan memberikan bukti yang sangat mengembirakan .
Awal sukses di mulai dengan tampilnya srikandi-srikandi Indonesia.Minarni dan teman-temannya segera mempersembahkan medali emas pertama bagi Indonesia. Bersamaan dengan hasil gemilang tersebut, Sprinter Sarengat di tengah-tengah sorak sorai penonton di Stadion Utama berhasil merebut medali emas dalam lari 100 meter seraya mengucurkan air mata kegembiraan .
Dengan kecepatan waktu 10.5 detik, memecahkan rekor Asian games sekaligus andalan indonesia ini mengungguli pelari pakistan khalik ( 10.6 detik, rekor Asian Games II Manila ) dan menjadi pelari tercepat di benua Asia. Dalam lomba lari gawang 110 meter serengat juga menjadijuara danberhasil mengantongi medali emas kedua atas namanya.
Pada waktu itu, Tan Yoe Hok dan kawan-kawannya menambah perbendaharaan medali emas bagi Indonesia, sedangkan Lanny Gumulya keluar sebagai peloncat indah dalam loncat papan 3 meter.
Regu balap sepeda kita menjadi raja di jalanan, terdiri dari Hendrik Broks dan teman-temannya. Pada upacara penghormatan bagi sang juara, Indonesia Raya telah dikumandangkan sebelas kali, yang disambut dengan penuh khidmat dan penuh haru oleh semua hadirin. Dalam keseluruhannya, timIndonesia telah merebut 11 medali emas, 12 medali perak, dan 28 medali perunggu.Indonesia menempati tempat kedua dalam perolehan medali Asian Games IV, di bawah Jepang untuk tampil ke-4 kalinya sebagai juara sejak Asian games di New Delhi.
Kenapa saat ini prestasi olah raga Indonesia terus merosot? Hal ini disebabkan karena kita mempunyai konsep pembinaan yang tidak sistematis dan terarah. Secara umum atlet kelas dunia memulai latihan pada umur 6 -10 tahun dan mencapai prestasi puncak pada umur 20- 28 tahun. Mereka latihan dengan program latihan jangka panjang serta ditunjang penuh oleh IPTEK dan sarana penunjang olah raga yang memadai.
Selain itu , olah raga di Indonesia diurus oleh orang-orang yang tidak berkompeten, baik di pusat apalagi di daerah. Sudah saatnya sekarang olah raga diurus oleh kalangan olah raga sendiri sebagai gambaran untuk ketua umum boleh-boleh saja dijabat oleh pejabat pemerintah, pengusaha, dan jendral, tetapi jabatan yang lain, apalagi jabatan yang sifatnya teknis, harus diduduki oleh kalangan olah raga sendiri.
Untuk mendongkrak peringkat kita di Olimpiade, sudah saatnya kita fokus dalam pembinaan olah raga. Dalam keikut-sertaan kita di Olimpiade secara berturut- turut, yaitu tahun 1988, 1992, 1996, 2000, 2004.
Medali-medali yang diperoleh hanya dalam 3 cabang olah raga yaitu bulu tangkis, angkat besi, dan panahan. Maka cabang ke-3 olah raga ini harus dibina secara sungguh-sungguh dibandingkan denganlainnya yang masih sangat sulit untuk bersaing dalam waktu dekat ini.
Kalau kita liat perkembangan politik pemerintah untuk olah raga, sejak dicanangkannya GBHN 1973 sampai saat ini sama sekali tidak di singgung masalah olah raga.Hanya pada GBHN 1978/1983 disinggungkan, itupun terbatas pada permukaannya saja. Dan baru di tahun 1988 terdapat satu paragraf saja untuk olah raga.
Bagaimana melakukan perubahan dalam kondisi olah raga yang kian terpuruk, tentunya harus dimulai dengan kebijaksanaan pemerintah.Pemerintah harus membuka kembali lapangan-lapangan olah raga dan memeliharanya. Sebab menurut pengamatan penulis, lapangan olahraga makin lama makin menghilang, berubah menjadi pusat- pusat perbelanjaan, perkantoran dan tempat – tempat hiburan.
Pemerintah pun harus bisa membuat rasa nyaman dalam dunia olah raga sehingga membuat orang yang mempunyai uang mau berinvestasi di olah raga sehingga menjadikan olah raga sebuah industri besar. Setelah fasilitas-fasilitas olah raga baru ditambah, langkah selanjutnya membangun sekolah-sekolah olah raga. Sebab sekolah olah raga itu diharapkan menghasilkan atlet yang memiliki prestasi yang bagus dan cerdas.
Begitulah gambaran pasang surut olah raga di Indonesia yang tidak akan maju jika tidak merubah hal-hal yang mendasar dan melakukan terobosan-terobosan yang cerdas. Pada bab-bab selanjutnya akan di uraikan bagaimana cara memulai latihan dari atlet muda sampai menuju prestasi dunia.
BAB II
PEDOMAN LATIHAN UNTUK ATLET MUDA
Sukses di berbagai arena pada umumnya merupakan hasil dari perencanaan, kerja keras, komitmen, dan program latihan yang benar: Atlet yang sukses merupakan hasil latihan/aktivitas fisik yang mengikuti program latihan dalam jangka panjang (beberapa tahun).
Latihan merupakan proses yang berulang dan meningkat guna meningkatkan potensi dalam rangka mencapai prestasi yang maksimum. Atlet mengikuti program latihan jangka panjang untuk meningkatkan kondisi jiwa dan raga untuk berkompetensi dalam sebuah penampilan.
Walaupun banyak pelatih dan instruktur yang mampu merancang program latihan untuk jangka pendek, tetapi selain program jangka pendek ada juga program jangka panjang.Latihan olah raga harus dimulai pada masa kanak-kanak, sehingga dapat mengembangkan jiwa raga untuk mencapai prestasi dalam jangka panjang.
Sering kita lihat anak-anak meniru program atlet terkenal, baik atlet nasional maupun internasional.Seperti program latihan yang sering ditiru tanpa mengevaluasi tingkat kemampuan dan minat atlet muda, sebagai contoh program latihan Micheal Jordan atau Pate Sampras. Pelatih sedikit demi sedikit dalam membuat program latihan harus memperhatikan latar belakang dan kemampuan biologis anak-anak dengan memperhatikan prinsip-prinsip latihan. Anak-anak bukan orang dewasa, dan mempunyai karakteristik fisiologis yang berbeda yang harus diperhitungkan.
MENGEMBANGKAN PROGRAM LATIHAN
JANGKA PANJANG
Dalam latihan jangka panjang, beberapa pelatih mengusulkan bahwa latihan sedini mungkin adalah jalan terbaik untuk mengembangkan kemampuan secara optimal.Beberapa ahli fisiologis olah raga mengambil konsep ini dan masih digunakan sampai hari inidan dikembangkan dalam prinsip latihan. Mereka mengusulkan bahwa untuk menghasilkan prestasi, harus melalui program latihan yang:
· Menekankan pada sistem energi yang dominan. Sebagai contoh pelari cepat harus latihan lari jarak pendek.
· Menekankan pada keterampilan gerak khusus, artinya dalam latihan, meniru pola keterampilan gerak olah raga tersebut dan melibatkan kelompok otot tertentu sesuai gerakan tersebut.
Riset di laboratorium menunjukkan bahwa latihan dengan model di atas mengakibatkan adaptasi lebih cepat, mendorong ke arah peningkatan lebih cepat.
Di dalam usaha untuk mencapai prestasi yang cepat, pelatih menekankan kepada anak-anak pada latihan yang sangat intensif dan spesifik tanpa membentuk dasar yang baik. Ini seperti membangun gedung bertingkat, namun pondasinya lemah yang mengakibatkan robohnya bangunan.Dengan demikian atlet diharapkan memusatkan pada pengembangan sedini mungkin dalam berolahraga agar siap secara fisik maupun psikologis, sehingga tidak terjadi permasalahan seperti:
- Pengembangan otot dan organ secara sempit.
- Mengganggu keseimbangan Biologis dan pengembangan fisik.
- Dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kebosanan, overtraining, dan cedera.
- Dampak negtatif pada kesehatan mental anak-anak, karena tekanan yang tinggi dalam latihan dan pertandingan .
- Bertentangan dengan perkembangan sosial anak, seperti kekurangan teman di luar olah raga karena latihan yang intensif.
- Mempengaruhi motivasi awal, sebab latihan juga penuh tekanan/stress, membosankan dan kekurangan bermain, sehingga anak-anak meninggalkan olah raga .
PENGEMBANGAN MULTILATERAL
Pengembangan multilateral penting bagi anak-anak untuki mengembangkan berbagai keterampilan dasar yang dapat membantu anak menjadi atlet dalam memenuhi latihan cabang olah raga khusus.
Multilateral atau multiskill dikembangkan oleh negara Eropa Timur, di mana sekolah melakukan program latihan dasar yang mengembangkan keterampilan pokok seperti: lari/ jalan, melompat, melempar, menangkap, berguling, dan menjaga keseimbangan. Anak-anak yang berhasil dengan sangat baik mengkoordinasikan dan memperoleh keterampilan yang merupakan dasar kesukseskan baik olah raga perorangan dan beregu , seperti atletik, bola basket dan sepak bola, juga ada program berenang yang mengembangkan kapasitas aerobik.
Kita perlu mendorong atlet muda untuk mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan gerak yang di perlukan untuk sukses di cabang olah raga yang dipilih. Sebagai contoh program latihan berputar dengan intensitas rendah akan mengembangkan kapasitas aerobik, daya tahan otot, kekuatan, kecepatan, ketangkasan , dan fleksibelitas.
Program latihan multilateral memusatkan pada pengembangan olah raga, bersamaan dengan merencanakan keterampilan khusus cabang olah raga,akan mendororng ke arah tercapainya kesuksesan dalam pengembangan. Lebih lanjut tabel 2.1 menunjukkan ada banyak manfaat program multilateral, jika kita mengembangkan penampilan tinggi dan sukses kita harus menunda spesialisasi dan mengorbankan hasil jangka pendek. Pada suatu penelitian, kelompok umur 9- 12 tahun di bagi menjadi 2 kelompok.Kelompok pertama melakukan program latihan yang serupa dengan Amerika Utara, yaitu awal spesialisasi di tentukan oleh cabang.Kelompok kedua melakukan program yang di samaratakan, dimana anak-anak melakukan latihan keterampilan khusus dan latihan fisik, bersama dengan berbagai keterampilan olah raga dan keseluruhan latihan fisik, hasilnya menggambarkan bahwa pondasi yang kuat memudahkan menuju kesuksesan di olah raga.
Tabel 2.1 Perbandingan latihan spesialisasi lebih awal dari latihan
multilateral
Spesialisasi Lebih Awal
|
Multilateral
|
- Penampilan/ prestasi cepat
- Penampilan terbaik 15-16 tahun
- Penampilan tidak tetap
- Umur 18 kemampuan atlet habis, meninggalkan olah raga
- Mudah cedera
|
- Penampilan/ prestasi lambat
- Penampilan terbaik 18 tahun atau lebih dan kematangan psikologi
- Penampilan tetap (konsisten)
- Lebih lama berlatih di olah raga
- Tidak mudah cedera
|
(sumber: Bompa ,2000).
Survei di Soviet ( Nagomi 1978) menggambarkan :
- Kebanyakan atlet terbaik mempunyai potensi multilateral yang kuat.
- Kebanyak atlet memulai olah raga pada usia 7 s/d 8 tahun ( sepak bola, lintas alam, ski, lari, berenang , bersepeda ) atau 10 s/d 13 tahun ( senam , dayung ).
- Program latihan khusus mulai umur 15 s/d 17 tahun, prestasi dicapai setelah 8 tahun khusus berlatih olah raga.
- Atlet yang latihan khusus lebih awal, maka prestasi terbaik adalah pada usia yunior. Prestasi ini tidak dapat dicapai saat senior, dan berhenti pada saat senior.
- Banyak atlet top Soviet yang berlatih tahap spesialisasi umur 15 – 18 tahun. Mereka tidak pernah juara di Yunior, namun banyak juga yang berprestasi pada saat senior.
- Kebanyakan atlet yang sukses dikarenakan dasar multilateral yang dibangun pada masa kanak-kanak.
- Studi menyimpulkan bahwa tahap spesialisasi mestinya tidak dimulai sebelum umur 15/ 16 tahun.
PENGEMBANGAN SPESIALISASI
Spesialisasi dikembangkanu olah raga pada saat atlet sudah mengembangkan dasar pada tahap multilateral dan selanjutnya mengkhususkan olah raga tertentu atau olah raga beregu.
Spesialisasi diperlukan untuk mencapai prestasi yang tinggi, sebab menuju kearah fisik, teknis, taktis, dan adaptasi psikologi yang merupakan suatu proses kompleks. Dengan spesialisasi atlet harus bersiap-siap menghadapi peningkatan berkelanjutan pada volume latihan dan intensitas.
Pada saat spesialisasi berlangsung, latihan yang ditingkatkan untuk pengembangan olah raga yang spesifik dan latihan pengembangan kemampuan motor umum. Sebagai contoh, perbedaan antara pelari jarak jauh dan pelompat tinggi. Pelari jarak jauh berlatih untuk peningkatan daya tahan aerobik. Pelompat tinggi, 60% berlatih plyometrics dan latihan kekuatan kaki dan melompat.
Tabel 2.2 menunjukkan atlet yang memulai mengembangkan keterampilan dan mengkhususkan suatu olah raga spesifik dengan harapan secepatnya mencapai penampilan yang tinggi. Perlu diketahui bahwa pengembangan spesialisasi memerlukan waktu 60-80% dari waktu latihan total mereka.
Tabel 2.2
Petunjuk untuk Memulai Latihan
|
|||
Jenis Olah raga
|
Usia Mulai Olah raga
|
Usia Mulai Latihan Khusus
|
Usia Puncak Prestasi
|
Panahan
|
12-14
|
16-18
|
23-30
|
Lari Jarak pendek
|
10-12
|
14-16
|
22-26
|
Lari Jarak Menengah
|
13-14
|
16-17
|
22-26
|
Lari Jarak Jauh
|
14-16
|
17-19
|
25-28
|
Polo Air
|
10-12
|
16-17
|
23-26
|
Lompat Jangkit
|
12-14
|
17-19
|
23-26
|
Lompat Jauh
|
12-14
|
17-19
|
23-26
|
Bulu Tangkis
|
10-12
|
14-16
|
20-25
|
Baseball
|
10-12
|
15-16
|
22-28
|
Bola Basket
|
10-12
|
14-16
|
22-28
|
Tinju
|
13-15
|
16-17
|
22-26
|
Hoki
|
11-13
|
14-16
|
20-25
|
Sepak Bola
|
12-14
|
16-18
|
23-27
|
Senam (Wanita)
|
6-8
|
9-10
|
14-18
|
Senam ( Pria)
|
8-9
|
14-15
|
22-25
|
Hoki Es
|
6-8
|
13-18
|
22-28
|
Judo
|
8-10
|
15-16
|
22-26
|
Dayung
|
11-14
|
16-18
|
22-25
|
Squash
|
10-12
|
15-17
|
23-27
|
Renang (wanita)
|
7-9
|
11-13
|
18-22
|
Renang ( Pria)
|
7-8
|
13-15
|
20-24
|
Tenis Meja
|
8-9
|
13-14
|
22-25
|
Tenis (Wanita)
|
7-8
|
11-13
|
17-25
|
Tenis ( Pria )
|
7-8
|
12-14
|
22-27
|
Bola Voli
|
10-12
|
15-16
|
22-26
|
Angkat Besi
|
14-15
|
17-18
|
23-27
|
Canoe
|
12-14
|
15-17
|
22-26
|
(sumber : Bompa, 2000)
Saat atlet memutuskan latihan khusus, mereka harus siap menggunakan metode latihan spesifik untuk mengadaptasikan fisik dan psikologis.Latihan menuntut peningkatan yang mantap, yang disusun melalui pengujian, perencanaan, dan penjadwalan kompetisi dalam satu tahun.
Spesialisasi berlangsung pada waktu yang berbeda, tergantung pada olah raga tersebut.Olah raga ada yang memerlukan seni pergerakkan, pengembangan keterampilan gerak kompleks, dan fleksibelitas yang tinggi seperti olah raga senam, menyelam, renang. Kareba olah raga seperti sepak bola, baseball dan bola voli membutuhkan kecepatan dan kekuatan, maka atlet memulai olah raga pada masa muda (anak-anak). Spesialisasi merupakan tuntutan latihan yang didalamnya terdapat ke dalam latihan kecepatan dan kekuatan dalam olah raga.
Latihan atlet muda menempatkan kearah pertumbuhan anak remaja, karena olah raga seperti Lari jarak jauh, Lintas alam, ski dan bersepeda, keberhasilannya tergantung pada kemampuan mengatasi usaha daya tahan maksimal, pada saat yang sama atlet mengembangkan kecepatan dan kekuatan. Beberapa atlet yang memerlukan daya tahan bisa mencapai keberhasilan sampai umur 30 tahun atau lebih.
MENAMBAH VARIASI LATIHAN
Anak- anak kaum muda mengalami hambatan dalam latihan, menyelesaikan latihan untuk mengembangkan kemampuan mereka. Jika latihan tidak dimonitor dan bervariasi, banyak atlet akan mempunyai kesukaran dalam, mengatasi tekanan fisik dan psikologis termasuk latihan pada tiap- tiap langkah proses pengembangan yang tidak hanya membantu atlet mengembangkan kemampuan baru, tetapi juga mencegah cerdera dan menghindari kebosanan.
Kebanyakan olah raga beregu menyiasati atlet dengan berbagai metode latihan, untuk mendapatkan prestasi di olah raga seperti permainan hoki, baseball dan bola basket, Atlet menjadi mampu mengembangkan keterampilan dalam latihan yang di kembangkan secara efektif melalui keanekaragaman dalam latihan. Dalam cabang individual seperti berenang, dan bersepeda ,lebih sedikit keanekaragaman latihan yang dilakukan. Latihan selama 4-7 hari dalam seminggu, 45-50 minggu dalan setahun selama 20 tahun akan mendorong kepada kejenuhan dan mengakibatkan cedera serta permasalahan psikologis dan emosional yang bersifat membosankan .
Untuk menghindari kebosanan tersebut, pelatih harus mampu untuk memvariasi latihan kedalam bentuk sesi-sesi latihan, penggunaan contoh teknik serupa yang dipergunakan dalam latihan; juga bisa mengembangkan kemampuan untuk olah raga yang spesifik seperti kecepatan dan daya tahan.Pelatih harus banyak mengetahui dan kreatif pada saat menyusun program, sehingga atlet muda terangsang, tertarik, dan termotivasi.Pelatih juga bisa membuat variasi latihan dengan berbagai bentuk seperti pemanasan dengan atlet lainnya; seperti pemain sepak bola bisa pemanasan dengan atletik lari jarak menengah.
Variasi latihan mendorong atlet untuk latihan kemampuan gerak tertentu dari berbagai cabang olah raga sebagai contoh pelari jarak menengah bisa mengembangkan daya tahan melalui lari lintas alam , ski, bersepeda, atu berenang.
Melakukan latihan berarti mengembangkan otot secara rinci dalam berolahraga, terlalu banyak beban latihan mengakibatkan cedera.Lebih dari itu mungkin menyebabkan ketidakseimbangan antara otot yang searah dan berlawanan dalam melakukan gerakan, ketika ada suatu ketidakseimbangan antara satuan otot, tarikan salah satu otot menjadi sangat kuat yang memungkinkan cedera pada urat dan jaringan otot tersebut.Oleh katrena itu latihan yang banyak menggunakan otot dapat mengurangi cedera otot. Dengan cara yang sama, variasi gerakan mencakup berbagai cabang olah raga akan meningkatkan koordinasi dan ketangkasan. Seorang atlet yang tangkas akan dapat mudah belajar keterampilan yang sulit.
Pelatih yang kreatif akan mengggunakan latihan yang bervariasi karena banyak manfaatnya. Atlet akan termotivasi dan mengurangi cedera.
PEMAHAMAN KARAKTERISTIK INDIVIDUAL
Tiap atlet adalah berbeda dalam kepribadian, karakteristik fisik perilaku sosial dan kapasitas intelektual.Secara spesifik, struktur dari program latihan harus harus bermakna bagi atlet, baik secra obyektif maupun subyektif, melalui pengamatan dan secara efektif mendesain program latihan untuk atlet, yang penting adalah memahami keterbatasan dan kekuatan individual.
Karena kemampuan atlet bervariasi, pelatih harus mempertimbangkan perbedaan individu seperti latar belakang, pengalaman kesehatan, pemulihan dari latihan dan pertandingan, serta jenis kelamin.
Hal ini penting bagi pelatih untuk menyediakan kebutuhan individual atlet, tidak bisa menggolongkan anak-anak hanya berdasarkan umur, sebab anak yang berumur sama dapat berbeda beberapa tahun secara anatomi. Mempertimbangkan anatomi dan umur setiap cabang olah raga adalah penting.
UMUR ANATOMI
Umur anatomi mengacu pada pertumbuhan anatomi yang dapa dikenali dengan mengidentifikasi karakteristik tertentu, Walaupun ada banyak perbedaan individu mengenai karakteristik.
Umur anatomi dengan jelas menunjukkan kompleksnya pertumbuhan dan perkembangan.hal ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa anak-anak mengembangkan keterampilan dan kemampuan gerak yang lebih cepat dan lebih lambat di bandingkan yang lainnya. Seorang anak yang baik perkembangan anatominya, dapat belajar keterampilan lebih baik dan lebih cepat dibandingkan anak yang perkembangan anatominya lemah.
Sebagai contoh anak- anak di negara yang udara panas akan lebih cepat dewasa dan matang. Begitu juga secara fisik akan lebih cepat perkembangannya.
Tabel 2.3 Umur Untuk Memulai Kompetisi Internasional .
Umur Untuk Memulai Kompetisi Internasional
|
|||
Jenis Olah Raga
|
Umur Minimal
|
Umur Ideal
|
|
Junior
|
Senior
|
||
Atletik
|
14
|
18
|
>19
|
Tinju
|
14
|
18
|
>19
|
Canoe
|
14
|
19
|
>20
|
Menyelam
|
14
|
19
|
>20
|
Senam
|
14
|
18
|
>19
|
Hoki Es
|
14
|
18
|
>21
|
Pentathlon
|
16
|
19
|
>20
|
Dayung
|
16
|
18
|
>19
|
Ski
|
16
|
19
|
>20
|
Renang
|
16
|
15
|
>16
|
Tenis
|
16
|
18
|
>19
|
Bola voli
|
16
|
18
|
>19
|
Angkat Besi
|
16
|
19
|
>20
|
(sumber : Bompa, 2000)
Dibanding negara-negara iklim dengn cara yang sama, anak-anak yang tinggal di ketinggian cenderung mempunyai daya tahan lebih baik di banding anak-anak di dataran rendah. sebagai contoh pelari kenya mendominasi lari jarak menengah dan lari jarak jauh. Mereka mempunyai daya tahan untuk menggunakan oksigen secara efektif, dan memberi keuntungan atas mereka dibanding atlet dari dataran rendah.
Dari perspektif pengembangan olah raga, umur 16 s/d 18 tahun adalah yang utama.Selama tahap ini banyak perbedaan pada diri atlet. Dalam beberapa cabang olah raga mereka akan mengembangkan berbagai keterampilan dan kemampuan gerak dan merupakan suatu pondasi untuk pengembangan masa depan. Di cabang senam memungkinkan tercapainya prestasi yang tinggi pada umur tersebut.
UMUR BIOLOGIS
Umur biologis mengacu pada pengembangan fisiologis organ badan dan sistem di badan yang membantu menentukkan potensi fisiologis.Kompetensi menunjukkan tercapainya keterampilanyang tinggi.Ketika memilih atlet, harus mempertimbangkan umur biologis.Untuk anak dengan umur anatomi yang sama , maka tinggi, berat badan,atau pengembangan otot bisa menjadi berbeda bila di lihat dari umur biologis dan berbeda dalam menguasai kemampuan dan melaksanakan tugas latihan. Dalam olah raga beregu , anak yang sedikit lebih kecil dan tangkas di butuhkan pada posisi tertentu dalam tim tersebut.Umur anatomi bisa dilihat,sementara umur biologis sulit diketahui. Badan yang ramping,efisien, kuat, serta, daya tahan yang bagus dibutuhkan dalam olah raga.Inilah alasan kita menilai umur biologis secara obyektif melalui pengujian sederhana, menemukan perbedaan dalam latihan.
Tanpa mempertimbangkan umur biologis, sukar untuk menentukkan apakah anak-anak tertentu terlalu muda untuk melaksanakan keterampilan tertentu atau juga untuk memahami latihan spesifik. Ini juga sukar menilai potensi atlet yang lebih tua, kebanyakan orang mempertimbangkan terlalu tua untuk berprestasi.
Sangat penting untuk mempertimbangkan perbedaan individual di dalam umur biologis.Daftar berikut menggambarkan beberapa perbedaan umur biologis juara internasional.
1. Murray wood , dari australia , peraih mendali perak Olimpiade dayung tahun 1956 umur 39.
2. Tahun 1964 Olimpiade Tokyo , M. Takemoto dari jepang merebut mendali perak cabang senam umur 44.
3. Tahun 1976 di Olimpiade Montreal , Nadia Comaneci dari Rumania umur 14 tahun, merebut mendali emas cabang senam artistik.
4. L. Ceapuradari Rumania , merebut mendali perak cabang dayung tahun 1980 olympiade di Moscow pada umur 34.
5. Tahun 1988 Higsondari canada umur 15 tahun pecahkan rekor dunia 100 meter renang gaya dada.
6. Tahun 1991 umur 12 tahun A Yen dari China , Juara Dunia menyelam.
7. Gordie Howe , dari Canada , bermain di Liga Hoki Nasional pada umur 52 ( 1946- 1971 dan 1979- 1980).
Daftar tersebut menggambarkan persentase kecil dari atlet yang mencapai prestasi dalam olah raga, menunjukkan keadaan biologis yang berbeda dari berbagai zaman.Pelatih sering menentukkan umur biologis,dan umur anatomis secara subyektif , karena sulit dalam penilaian. Sebagai hasilnya sukar menentukkan ketika anak-anak dan kaum muda disiapkan dalam kompetisi .
Banyak organisasi nasional maupun internasional sudah terbiasa menguji riset ilmiah mengenai umur biologis yang potensial walaupun ada kontraversi mengenai keputusan, banyak organisasi sudah menetapkan umur minimum kompetisi internasional, baik kejuaraan dunia atau Olimpiade.
PENINGKATAN BEBAN LATIHAN
Pemahan peningkatan beban latihan sangat penting. Latihan pembebanan yang benar pada anak-anak dan kaum muda akan meingkatkan kemampuan fisik dalam olah raga yang merupakan hasil langsung dari peningkatan beban latihan, dari awal pengembangan sampai pada keterampilan tinggi atlet harus meningkatkan beban latihan secara berangsur-angsur sesuai kebutuhan individual.
Atlet yang berkembang secara berangsur-angsur akan lebih mampu beradaptasi, beban latihan di tentukan sesuai dengan kemampuan atlet dalam menghadapi tekanan dalam latihan serta kompetisi .
Peningkatan prestasi atlet tergantung pada metode dan pembebanan dalam latihan. Jika beban latihan sama dalam jangka waktu lama , maka peningkatan tidak kelihatan. Jika pembebanan terlalu berat, maka manfaat akanterlihat, tapi beresiko cedera. Oleh karena itu, untuk atlet muda peningkatan secara bertahap, walaupun hasil dalam jangka pendek tidak terlihat, namun dalam jangka panjang tercapai prestasi yang lebih tinggi.
Pada tahap awal perkembangan sukar dimonitor karena peningkatan yang dicapai antara lain kekuatan, kecepatan dan daya tahan atlet berkembang dan tumbuh secara normal. Yang penting dalam latihan adanya peningkatan beban latihan.
JANGKA WAKTU SESI LATIHAN
Panjang latihan masing-masing sesi dapat meningkat dari awal musim sampai akhir.seperti waktu meningkatkan lama latihan dari 1 jam ke 1 jam 15 menit. Disamping itu, membuat variasi latihan yang mempunyai interval untuk istirahat lebih panjang dalam latihan, sehingga anak-anak dengan mudah mengatasi kelelahan .
Catatan: Suatu sesi latihan yang panas dan lembab perlu lebih pendek, sebab anak-anak lebih cepat mengalami kelelahan .
Komentar
Posting Komentar