Bugar dengan Senam Aerobik
BUGAR DENGAN
SENAM AEROBIK
Drs. Ahmad Sutisna
Editor
Dr. Marta Dinata, M.Pd
Penerbit Cerdas Jaya
Hak Cipta©
Pada Penerbit Cerdas Jaya
Bandar Lampung – Provinsi Lampung
Indonesia
Hp.081338167787
Drs. Ahmad Sutisna
Bugar Dengan Senam Aerobik
ISBN : 978-979-33366-45-6
Edisi ke-1
Cetakan Pertama, September 2022
Editor
Dr.Marta Dinata, M.Pd
Ilustrator
Heddy Yusuf
Desain Cover
Drs.Marta Dinata,M.Pd
Penata Letak
Tina Wijaya
Dilarang mengutip sebagian ataupun seluruh buku ini
Dalam bentuk apapun tanpa izin dari penerbit.
@ Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Allah SWT, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan buku yang berjudul “Senam Aerobik &
Peningkatan Kesegaran Jasmani”. Buku ini ditujukan sebagai
pedoman bagi pembaca yang berperan sebagai guru olahraga,
pelatih serta pecinta atau pembina dalam olahraga Senam Aerobik.
Buku ini membahas tentang olahraga Senam Aerobik.
Dalam buku “Senam Aerobik & Peningkatan Kesegaran
Jasmani” ini pembaca dibimbing untuk menjadi pelatih yang baik
dan terampil serta meguasai berbagai metode kepelatihan dalam
Senam Aerobik. Dengan terbitnya buku ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi pelatih, guru olahraga, atlet, mahasiswa, pelajar
dan pecinta Senam Aerobik untuk meningkatkan keterampilan
dalam bermain Senam Aerobik sesuai dengan dasar dan metode
yang benar.
Dalam menyusun buku ini penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu di
sini, untuk semuanya itu penulis ucapkan terima kasih semoga
Allah SWT membalas segala amal kebaikannya.
Tiada gading yang tak retak, penulis menyadari masih
banyak kekurangan yang harus diperbaiki dalam buku ini. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik serta saran-saran dari
pembaca untuk penerbitan yang akan datang. Akhirnya harapan
penulis semoga buku ini dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat bagi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
III
Jakarta, September 2022
Drs. Ahmad Sutisna
DAFTAR ISI
Kata Pengantar III
Daftar Isi IV
BAB I PENDAHULUAN ............................ . . . .................................. 1
BAB II WARMING UP .................................. . . . .............................. 4
BAB III SENAM AEROBIK ............................. . . . .............................. 9
BAB IV PETUNJUK UMUM PELAKSANAANSENAM AEROBIK ........... 15
BAB V DIET, NUTRISI DAN PENAMPILAN OLAHRAGA.................... 23
BAB VIMENSTRUASI DAN OLAH RAGA ........................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 45
V
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya olahraga dapat dibagi menjadi dua, yaitu
latihan aerobik dan latihan anaerobik. Latihan aerobik adalah
latihan yang menuntut oksigen tanpa menimbulkan hutang
oksigen yang tidak terbayarkan. Aerobik berarti menggunakan
oksigen.
Menurut penelitian Kenneth H. Cooper selama empat tahun,
beliau meletakkan dua prinsip dasar. 1) Bila program latihan
hanya terbatas pada latihan selama 12 sampai 20 menit perhari,
maka latihan harus cukup berat untuk meningkatkan tingkat
frekuensi denyut jantung 150 kali permenit atau lebih. 2) Bila
latihan tidak cukup berat untuk menghasilkan frekuensi denyut
jantung 150 kali permenit, latihan diteruskan lebih lama dari 20
menit.
Olahraga yang berlangsung secara kontinyu lebih dari
empat menit dan dilakukan dengan intensitas rendah termasuk
golongan aerobik. Jadi olahraga aerobik bukan hanya senam
aerobik, tetapi masih banyak jenis olahraga lain seperti jogging,
bersepeda, berenang, jalan cepat, dan lari lintas alam.
Latihan aerobik juga sering disebut sebagai General
Endurance, yaitu latihan aerobik menghirup oksigen tanpa
menimbulkan hutang oksigen yang tidak terbayarkan.
Karena itu latihan aerobik dapat berlangsung lebih lama.
Pengaruh latihan aerobik dapat meningkatkan kapasitas tubuh
untuk memasukkan oksigen dan menyalurkan ke seluruh
jaringan sel otot, sehingga oksigen akan terpadu dengan zat-zat
makanan untuk memproduksi energi. Bentuk latihan aerobik
dapat dilakukan dengan intensitas rendah, sehingga dapat
meningkatkan efesiensi kerja organ-organ tubuh, yaitu jantung
dan paru-paru serta sistem pernapasan.
1
Dengan meningkatkan kapasitas aerobik maka cadangan
tenaga menjadi lebih besar sehingga tubuh akan lebih mampu
mempertahankan kondisi fisik pada suatu aktivitas. Hal itu
disebabkan pada latihan aerobik, sistem pemasukan oksigen
berlangsung secara terus menerus dan seimbang dengan
kebutuhan pembentukan energi. Keadaan demikian itu
dinamakan keadaan stedy state.
Peningkatan kebutuhan oksigen bagi otot-otot yang bekerja
selama latihan dipenuhi dengan jalan meningkatkan aliran darah
ke otot-otot tersebut. Hal itu dimungkinkan dengan adanya
kenaikan jumlah darah yang dipompakan jantung setiap menit.
Perubahan-perubahan fisiologi tersebut pada hakikatnya
bersifat penunjang. Peningkatan kegiatan daya tahan fisik
seseorang dan sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya konsumsi
oksigen maksimum. Apabila sebagian besar otot tubuh bekerja,
misalnya pada lari menanjak, kebutuhan oksigen pada penyedia
energi akan meningkatkan dan mencapai tingkat maksimal pada
oksigen yang dikonsumsikan, hal ini dinyatakan sebagai
maximum oxygen intake atau maximum oxygen uptake
disingkat dengan VO2 Max.
VO2 Max atau kapasitas aerobik maksimal merupakan
faktor yang dominan bagi seseorang yang memerlukan daya
tahan. Hal ini disebabkan kapasitas aerobik maksimal pada
hakikatnya menggambarkan kekuatan penggerak (motor power)
dari seseorang yang memerlukan daya tahan. Seseorang dengan
2
kapasitas aerobik yang tinggi, selain mempunyai kemampuan
kerja yang tinggi, juga akan lebih cepat pulih kesegaran fisiknya
pada suatu kerja dibandingkan dengan mereka yang mempunyai
kapasitas aerobik rendah. Karena itu kapasitas aerobik seorang
perlu mendapat perhatian yang serius demi tercapainya
kesegaran jasmani yang baik.
Pengukurannya dapat dilaksanakan dengan berbagai macam
cara, misalnya berjalan, jogging, ataupun berlari pada jentera
track mill, selain pengukuran di dalam laboratorim dapat juga
dilakukan pengukuran di dalam laboratorium dapat juga
dilakukan pengkuran lapangan, misalnya tes balke. Pemilihan
jenis pengukuran harus disesuaikan dengan kebutuhan dari
fasilitas yang ada tanpa mengurangi valiiditas.
3
BAB II
WARMING UP
Warming up atau pemanasan adalah kerja gerak aktif dan
pasif, baik secara umum dan khusus dalam mempersiapkan
keadaan dan psikis tubuh secara optimal sebelum latihan dan
pertandingan.
Denyut nadi pemanasan kurang lebih 120 denyut permenit
disertai temperatur tubuh 38
0
C dengan waktu pemanasan kirakira
15 menit. Pemanasan umum berarti gerak latihan yang
belum menjurus pada gerak olahraga tertentu. Selain pemanasan
aktif ada juga pemanasan pasif seperti sportmassage, mandi air
panas, obat gosok panas dan sebagainya.
Warming up the body atau memanaskan tubuh adalah suatu
maksud yang bermaksud untuk mengadakan perubahanperubahan
physiologis dalam tubuh kita dan menyiapkan
organismenya dalam menghadapi aktivitas tubuh yang lebih
berat, yang dimaksud dengan warming up disini adalah
pemanasan melalui gerakan-gerakan anggota tubuh dan bukan
melalui sportmassage, mandi air panas dan obat gosok.
Prosedur yang dilakukan dalam memanaskan tubuh itu
biasanya adalah melalui aktivitas-aktivitas jasmani seperti
jogging, senam yang mencakup latihan kelenturan dan
peregangan serta beberapa wind sprint, yaitu berlari jarak
pendek kira-kira 30-40 meter berulang-ulang dengan kecepatan
yang agak tinggi, proses tersebut harus dapat membantu atlit
untuk mencapai keadaan siap siaga dalam keadaan dimana ia
merasa enteng sehingga mereka berada dalam kondisi sebaikbaiknya
untuk menghadapi
latihan
dan
pertandingan.
Keluarnya keringat saja tidak bisa menjadi ukuran dari
warming up yang benar, sebab suhu tinggi pun sudah sanggup
untuk menyebabkan keluarnya keringat tanpa menggerakan
anggota tubuh sedikitpun. Kalau otot-otot besar tubuh bergerak
4
dengan intensif secara dinamis terus menerus tanpa pemanasan
terlebih dahulu, maka beban kerja pada menit-menit pertma
akan terasa berat sekali, kadang-kadang akan menjadikan kita
susah bernafas (ngos-ngosan), nadi cepat, pernapasan pendek.
Dalam bahasa olahraga ini disebut sebagai death point (titik
mati). Hanya dengan kemauan besar dan dengan pengumpulan
konsentrasi kekuatan terakhir maka kerja berat ini dapat dilalui/
diteruskan dan tanda-tanda tadi mulai hilang, pergerakannya
tidak kaku lagi serta badan terasa ringan kembali, sehingga
merasa sanggup meneruskan beban kerja tadi selama mungkin.
Tanda-tanda ini disebut second wind atau tenaga kedua,
waktu terjadinya tanda-tanda kejenuhan atau (death point) dan
tenaga kedua (second wind) pada tiap-tiap orang bervariasi,
semakin tinggi intensitas prestasi semakin cepat dilewati tandatanda
tersebut, tetapi dengan latihan yang baik dan teratur
disertai pemanasan (warning up) yang baik maka tanda tersebut
dapat dihindarkan.
Pada pemeriksaan yang dilakukan pada atlit ketika
memasuki fase death point tadi, ternyata konsentrasi asam
laktak pada darah meninggi, begitu juga tekanan darah pada saat
itu juga menarik. Pada elektrokardiograph (EKG) di jantung
akan terlihat penurunan grafik ST yang diakibatkan karena tidak
seimbangnya kerja otot jantung dengan keperluan oksigen yang
didapat, setelah mengadakan gerak pemanasan tanda-tanda ini
tidak terlihat lagi.
Pemanasan yang benar, akan membuat persiapan diri lebih
baiak terutama dalam koordinasi, kelenturan, kelincahan,
kekuatan dan kecepatan. Dengan demikian persiapan berprestasi
secara fisik dan psikis terjadi dengan baik disertai metabolisme
tubuh dalam persiapan menghadapi gerakan-gerakan komplek.
Kegunaan warming up sampai sekarang masih menimbulkan
perdebatan-perdebatan yang serius diantara para ahli olahraga,
lebih-lebih lagi pengaruh warming up terhadap prestasi atlit.
Mengenai kegunaan dan pengaruh warming up baiklah kita
ikuti pendapat-pendapat beberapa orang ahli yang telah
5
menyelidiki dalam soal ini. Menurut Karpovich seorang ahli
dalam ilmu faal olahraga mengatakan : warming up tidak akan
meningkatkan prestasi seorang atlit, menurut dia warming up
hanya dibutuhkan guna menghindari cedera pada waktu aktivitas
olahraga berat.
Menurut beberapa ahli olahraga Denmark :Warming up
meningkatkan prestasi, sedangkan Klasfs dan Arnheim tidak
menyinggung-nyinggung tentang pengaruh warming up
terhadap prestasi, akan tetapi mereka mengatakan bahwa
kegunaan utama dari warming up adalah sebagai pencegah
cedera.
Marilah kita ikuti pendapat Morehouse : Mereka
berpendapat bahwa pada umumnya warming up akan menaikkan
prestasi, terutama bentuk-bentuk latihan warming up yang mirip
dengan gerakan-gerakan yang akan digunakan dalam cabangcabang
olahraga, oleh karena itu warming up akan
menyesuaikan sistem koordinasi Neuromuscular atlit dengan
bentuk-bentuk gerakan sebenarnya dalam cabang-cabang
olahraga, misalnya melemparkan beberapa bola basket,
menendang bola, menembak beberapa anak panah, melakukan
gerakan smash pada tenis, semua ini akan mempercepat untuk
menyesuaikan diri dengan gerakan-gerakan sebenarnya, dalam
pertandingan dan mempertinggi prestasi.
Dari pendapat-pendapat diatas dapatlah kita tarik
kesimpulan :
1. Warming Up adalah penting guna menghindari cedera.
Memang harus diakui bahwa kita sudah berhati-hati,
tetapi kemungkinan mendapat cedera selalu ada dalam
latihan atau pertandingan.
2. Dalam hasil penelitian belum menunjukkan kesatuan
pendapat mengenai pengaruh warming up terhadap
peningkatan prestasi dan belum ada hasil research yang
lebih meyakinkan, kiranya tidak ada kerugian untuk
mengikuti pengalaman-pengalaman yang telah lalu yaitu
membiasakan warming up sebelum latihan atau
pertandingan.
6
Dalam melakukan warming up haruslah diperhitungkan
waktu pertandingan akan dimulai, sehinga dengan demikian
kesiapan fisik maupun psikis mencapai puncaknya pada saat
yang tepat, bukan setelah pertandingan dimulai maupun jauh
sebelum pertandingan.
Perlu diperhatikan waktu yang optimal antara selesainya
pemanasan dengan star pertandingan adalah 5 sampai 10 menit
sebab efek dari pemanasan diri hanya bertahan selama waktu 20
sampai 30 menit. Pemanasan yang berlebihan, terutama pada
aktivitas dengan intensitas tinggi dan memakan waktu yang
lama dapat mengurangi cadangan energi sehingga bisa
berpengaruh negatif pada pertandingan-pertandingan yang
memerlukan daya tahan jangka panjang.
Ada yang membutuhkan waktu lebih lama dan ada pula
yang mempunyai kebiasaan untuk melakukan warming up untuk
kedua kalinya, kira-kira 5 menit sebelum pertandingan dimulai,
tetapi ada pula atlit yang melakukan sedikit sekali warming up
tapi prestasinya tetap baik.
Pelari-pelari terkenal seperti Paovo Nurmi dan Glen
Guningjam mempunyai kebiasaan untuk berlari 4 mil atau lebih
sebelum pertandingan dimulai dan melakukan sprint beberapa
ratus meter, dengan demikian second windnya dapat tercapai
sebelum pertandingan dimulai.
Beberapa cabang olahraga membutuhkan warming up yang
lebih lama dan intensive, karena cabang olahraga tersebut
memang membutuhkan fleksibilitas tubuh yang sempurna dan
tenaga yang eksplosif, misalnya lempar lembing, lari gawang,
angkat besi dan sebagainya.
Warming up biasanya dimulai dengan gerakan-gerakan
yang sederhana, mudah dan ringan, kemudian sedikit demi
sedikit intensitasnya dipertinggi dan ruang gerak sendi-sendi
diperluas. Seorang pelari gawang akan lebih banyak
menekankan pada latihan-latihan peregangan otot terutama otot-
7
otot belakang paha serta memutar-mutarkan persendiannya
secara perlahan-lahan.
Berlari merupakan dasar warming up. Tidak perduli cabang
olahrga apa yang akan dilakukan, sedangkan bentuk-bentuk
latihan senam haruslah merupakan bagian integral dalam setiap
prosedur warming up. Asalkan bentuk senam tersebut tidak
boleh dilakukan secara statis atau menyentak, mengejutkan
berhenti-henti, setiap bentuk senam haruslah digerakkan secara
ritmis, berirama dan digerakkan dalam ruang gerak yang seluasluasnya.
Bentuk warming up untuk pelari jarak jauh memang lebih
sukar untuk ditentukan karena hal ini tergantung dari kebiasaan
atlit itu sendiri. Tetapi tidak ada ruginya untuk melakukan
warming up sebelum pertandingan dimulai. Suhu udarapun ikut
menentukan berapa banyak pemanasan yang harus dilakukan,
bila suhu udara rendah atau dingin warming up harus dilakukan
lebih lama daripada udara yang panas.
8
BAB III
SENAM AEROBIK
A. Pengertian Aerobik
Pada dasarnya latihan olah raga dapat dibagi menjadi
dua yaitu latihan aerobik dan latihan anaerobik. Latihan
aerobik adalah latihan yang menuntut oksigen tanpa
menimbulkan hutang oksigen yang tidak terbayar. Aerobik
berarti menggunakan oksigen. Menurut penyelidikan
Kenneth H. Cooper, selama empat tahun, beliau meletakkan
dua prinsip dasar:
Bila program latihan hanya terbatas pada latihan
12-20 menit perhari, maka latihan harus cukup
berat untuk menimbulkan frekuensi denyut
jantung 120 kali permenit atau lebih.
Bila latihan tidak cukup untuk menghasilkan
frekuensi denyut jantung 120 kali permenit, latihan
diteruskan lebih lama dari 20 menit.
Olah raga yang berlangsung secara kontinu lebih dari
empat menit dan dilakukan dengan intensitas rendah
termasuk golongan aerobik. Jadi olah raga aerobik bukan
hanya senam aerobik, tetapi masih banyak jenis olah raga
lain, seperti bersepeda, berenang, jalan cepat, dan lari lintas
alam. Latihan aerobik juga sering disebut sebagai general
endurance, yaitu latihan aerobik menghirup oksigen yang
tidak terbayarkan.
Karena itu latihan aerobik dapat berlangsung lebih lama.
Pengaruh latihan aerobik dapat meningkatkan kapasitas tubuh
untuk memasukkan oksigen dan menyalurkan keseluruh
jaringan sel otot,
9
“...senam aerobik adalah serangkaian gerak yang dipilih
secara sengaja dengan cara mengikuti irama musik yang
juga dipilih sehingga melahirkan ketentuan ritmis,
kontinuitas dan durasi tertentu”.
Sehingga oksigen akan dapat berpadu dengan zat-zat
makanan untuk memproduksi energi. Bentuk latihan aerobik
dilakukan dengan intensitas rendah sehingga dapat
menimbulkan efisiensi kerja dari organ – organtubuh, yaitu
jantung dan paru-paru, serta sistem pernafasan.Dengan
meningkatkan kapasitas aerobik, maka cadangan tenaga menjadi
lebih besar sehingga tubuh akan lebih mampu mempertahankan
kondisi fisik pada suatu aktifitas.
Hal itu disebabkan pada latihan aerobik, sistem pemasukan
oksigen berlangsung secara terus menerus dan seimbang dengan
kebutuhan pembentukan energi. Keadaan demikian itu
dinamakan dalam keadaan steady state.
Perubahan-perubahan fisiologis tersebut pada hakikatnya
bersifat menunjang peningkatan kegiatan daya tahan fisik
seseorang dan sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya konsumsi
oksigen maksimum.
Apabila sebagian besar otot bekerja, misalnya pada lari
menanjak, kebutuhan oksigen pada penyediaan energi akan
meningkatkan dan mencapai tingkat maksimal pada oksigen
yang dikonsumsikan, hal ini dinyatakan sebagai maksimum
oksigen intake atau maksimum oksigen uptake disingkat VO2
Max.
B. Pengertian Senam Aerobik
Senam aerobik adalah serangkaian gerak yang dipilih secara
sengaja dengan cara mengikuti irama musik yang juga dipilih
sehingga melahirkan ketentuan ritmis, kontinuitas dan durasi
tertentu.
10
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung
dan paru-paru serta pembentukan tubuh. Gerakan-gerakan yang
dipilih, tentu saja harus mengandung nilai yang diperlukan
untuk kedua tujuan di atas.
Tujuan Pertama, meningkatkan kemampuan jantung dan paruparu.
Gerakan yang dipilih harus mampu menyebabkan denyut
jantung meningkat sedemikian rupa ke target latihan atau
disebut juga zona latihan.
Tujuan Kedua, pembentukan tubuh. Gerakan yang dipilih
harus mengandung kalestenik yang memenuhi tuntutan teknik
dan ketentuan anatomis tertentu.
Irama musik yang dipergunakan dalam senam aerobik
mempunyai 2 sisi yang sama pentingnya. Di satu sisi, musik
bertindak sebagai patokan kecepatan. Di sisi lain, musik
bertindak sebagai penjaga motivasi serta semangat dari para
pelaku latihan agar tetap “on” (menyala).
C. Macam-Macam Aerobik
Pada awalnya, senam aerobik hanya merupakan sebuah
upaya untuk melahirkan inovasi dalam jajaran kegiatan latihan.
Namun dalam pengamatan dan penelitian yang dilakukan
tampak nyata bahwa di samping manfaat dari kegiatan yang
diciptakan tersebut, dapat pula dampak yang mengarah pada sisi
negatif.
Hal tersebut terindentifikasikan dari gerakan-gerakannya
yang memantul tinggi (hight impact) sehingga dikuatirkan dapat
memberi tekananyang berlebihan terhadap persendian kaki yang
menyangga tubuh.
Dari penelitian yang dilakukan, diperkirakan bahwa
benturan yang terjadi dari jenis kegiatan itu telah membebani
tungkai dan persendian sebesar dua setengah kali berat
badannyasendiri. Oleh karena itu, jenis kegiatan ini
dikelompokkan sebagai hight impact dari segi kesehatan olah
raga, pembebanan tersebut yang terus menerus bisa
menimbulkan cedera yang tidak bisa dianggap enteng bagi
kelompok pelaku tertentu, terutama bagi mereka yang berumur
40 tahun ke atas atau bagi mereka yang kelebihan berat badan.
11
Oleh sebab itu, senam aerobik mengalami modifikasi
dengan mengubah pola gerakan loncat-loncatan yang tinggi
dengan gerakan tidak meloncat atau low impact (benturan
rendah). Jadi, perbedaan aerobik tersebut didasarkan arah
gerakan serta berat ringannya impact yang di butuhkan. Sejalan
dengan perkembangan waktu, perkembangan senam aerobik pun
semakin marak pula.Perbedaan jenis musik yang dipakainya
misalnya discorobik, fungkyrobic, dangdutrobik, bahkan
sekarang ada namanya body languange. Walaupun namanya
bermacam-macam, namun maksud dan tujuannya sama yaitu
membuat badan sehat dan tubuh indah.
Bila pada tahun lima puluhan Marilyn Monroe merupakan
simbol kecantikan dan seksualitas, kini banyak bermunculan
bintang bintang barumembawakan idealisme dan kecantikan
baru. Tubuh yang semampai dengan perut datar dibalut kulit
yang kuning coklat terkena sinar matahari. Mereka yang tertarik
untuk menjadi cantik dan sehat dapat mengikuti program
aerobik : meloncat, menendang dan meliuk-liuk badan dengan
bersemangat mengikuti irama musik.
D. Struktur Latihan Aerobik
Latihan senam aerobik hendaknya mengikuti ketentuan
yang sudah diterima umum, yaitu tidak lepas dari sistematika
olah raga. Latihan terdiri dari pernapasan (warming up), inti,
yang dalam hal ini senam aerobik dan pendinginan (cooling
down). Berikut ini adalah pembahasan mengenai setiap tahap
yang perlu dilakukan dalam aerobik.
1. Warming Up
Kegiatan ini merupakan kegiatan pendahuluan yang
pelaksanaannya mengandung unsur sebagai berikut :
Peningkatan suhu tubuh dan secara bertahap
meningkatkan jumlah denyut nadi, dari denyut nadi
istirahat ke denyut nadi latihan. Peningkatan suhu
tersebut biasanya dilakukan dengan gerakan, seperti
jalan di tempat atau gerakan dasar yang sederhana
sepertimengayunkan kepala kesamping kiri dan
kanan dan gerakan lengan atau kaki yang sederhana.
12
Peningkatan elastisitas otot dan ligamentum di
sekitar persendian. Latihan untuk meningkat-
kan elastisitas otot dan ligamentum ini dapat
dilakukan dengan gerakan peregangan terhadap
kelompok otot besar yang ditahan dalam waktu
tertentu. Pelaksanaannya harus dilakukan secara
perlahan - lahan dan tidak terlampau
memaksakan.
Untuk mempersiapkan tubuh baik fisik maupun
mental keaktivitas yang akan dilaksanakan.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti biasanya merupakan yang sudah lebih aktif
dan melibatkan gerakan yang disiplin untuk melatih bagian
tubuh tertentu dengan pengulangan yang cukup. Kegiatan
ini hendaknya mengikuti alur tertentu yang sudah
direncanakan sebelumnya, gerakan yang dipilih dinilai dari
bagian atas tubuh ke bawah atau dari bagian kepala, bahu,
lengan, pinggang ke gerakan gabungan. Biasanya
pelaksanaan dari bagian inti ini bergerak secara progresif,
yaitu dari tahap gerakan tunggal bagian tubuh, hingga
pergerakan bagian tubuh secara bersamaan.
3. Pendinginan
Kegiatan tahap akhir dari senam aerobik ini harus
melakukan gerakan-gerakan yang menurunkan frekuensi
denyut nadi untuk kembali mendekati denyut nadi yang
normal. Pelaksanaan gerakan pendinginan ini harus
merupakan penurunan secara bertahap dari gerakan dengan
intensitas tinggi ke gerakan yang berintensitas rendah.
Ditinjau dari segi faal tubuh, perubahan gerakan yang
bertahap tadi berguna untuk menghindari penumpukan
asam laktat yang menyebabkan kelelahan dan rasa pegal
pada otot di tempat tertentu. Dengan demikian proses
pendinginan ini dimaksudkan untuk mengurangi
penumpukan dari asam laktat yang merupakan sisa
pembakaran dalam otot.
E. Menentukan Intensitas Senam Aerobik
13
Menentukan intensitas senam aerobik pada dasarnya
sama dengan menentukan intensitas latihan pada olah raga lain.
Intensitas latihan ditandai dengan tercapainya tingkat denyut
nadi yang diharapkan meningkat. Secara umum,intensitas
latihan yang ditentukan tercapainya denyut nadi sekitar 60 –
80% dari denyut nadi maksimal. Denyut nadi maksimal tadi
ditentukan berbeda-beda dari orang ke orang bergantung pada
usianya. Cara menentukan denyut nadi maksimal dengan rumus
: 220 dikurangi umur. Sebagai contoh, jika orang berumur 20
tahun, denyut nadi maksimalnya adalah 220-20 = 200, intensitas
latihan adalah antara 60-80% dari denyut nadi maksimal, jadi
denyut nadinya berkisar antara 120-160 untuk orang yang
berumur 20 tahun tadi, denyut nadinya harus mampu mencapai
jumlah denyut nadi tersebut.
Sedangkan frekuensi latihan sebaiknya 3-4 kali dalam
seminggu.Kurang dari tiga kali dianggap kurang memadai
dalam hal frekuensi, lebih dari 5 kali dianggap berlebihan.
Penentuan lama latihan harus disesuaikan dengan
kemampuan dari tingkat keterlatihan orang bersangkutan jika
orang itu masih pemula latihan cukup 10 menit saja, kemudian
setelah kemampuannya meningkat, lama latihan boleh ditambah.
Bila orang yang terlatih lama latihan bisa antara 30 menit
sampai 1 jamSebatas untuk menjaga kebugaran fisik,frekuensi
yang disebutkan di atas sudah lebih dari cukup.
14
BAB IV
PETUNJUK UMUM PELAKSANAAN SENAM AEROBIK
A. Pengertian Kebugaran Jasmani
1. Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang
untuk melaksanakan tugas sehari-hari tanpa mengalami
kelelahan yang berarti dan masih memiliki cadangan
tenaga untuk melaksanakan kegiatan itu.
2. Komponen Dasar
Untuk memperoleh kebugaran jasmani yang baik, kita
harus melatih komponen dasar kebugaran jasmani yang
terdiri atas :
Ketahanan jantung, peredaran darah dan pernafasan
Ketahanan otot
Kekuatan otot
Kelenturan
B. Persiapan
Sebelum melaksanakan aerobik untuk pertama kali,
dianjurkan memeriksa kesehatan kepada dokter bagi mereka
yang :
Berusia 35 tahun ke atas dan belum pernah melakukan
olah raga secara teratur.
15
Berusia di bawah 35 tahun, tetapi mempunyai keluhan
kesehatan.
Apabila pada malam hari sebelum melakukan senam
aerobik tidak cukup tidur (kurang dari 4jam), sebaiknya latihan
ditunda atau intensitas latihan dikurangi. Bagi mereka yang
sedang sakit, suhu badannya naik sebaiknya latihan ditunda.
C. Takaran
Untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan
mempertahankannya, latihan olah raga harus dilakukan
secara teratur dengan takaran yang cukup, demikian pula
halnya dengan latihan aerobik.
Adapun takaran-takaran yang perlu diperhatikan meliputi :
1. Intensitas Latihan
Yang dimaksud intensitas latihan adalah suatu dosis
latihan yang harus dilakukan oleh seseorang menurut
program yang dilakukan.
Intensitas yang baik dilakukan adalah 60% sampai 80%
dari denyut nadi maksimal, bahkan untuk atlet yang terlatih
dapat sampai 90% dari denyut maksimal.
Rumus denyut nadi maksimal adalah 220 dikurangi usia.
Menurut para ahli fisiologi seperti Fox, Mathews, Brooks,
Faley, Wilmar, serta Costil mengatakan ada tiga cara untuk
menentukan dosis latihan, ketiga cara itu adalah :
Denyut jantung sebagai patokan, asam laktat dalam
darah sebagai patokan, ambang rangsang aerobik
sebagai patokan, ambang rangsang aerobik itu dapat
diukur dengan tes kemampuan VO2 max, misalnya tes
balke, tes cooper, atau tes yang dilakukan di
laboratorium.
2. Lamanya Latihan
Lama latihan berbanding terbalik dengan intensitas
latihan. Beban yang lebih berat memerlukan waktu yang
lebih sedikit dari beban yang ringan. Lama latihan yang
16
baik dalam arti tidak terlalu berat, antara 15-25 menit di
dalam daerah latihan.
Dosis latihan tergantung berat dan ringan latihan
tersebut. Makin berat latihan maka makin singkat waktu
latihan tersebut, sedangkan latihan ringan membutuhkan
waktu yang sangat lama. Beban latihan dapat diukur dengan
menghitung denyut nadi.
Suatu latihan akan bermanfaat dengan baik jika
dilakukan dengan waktu yang tepat. Latihan yang terlalu
pendek waktunya atau terlalu lama waktunya kurang
efektif.
3. Frekuensi Latihan
Yang dimaksud frekuensi latihan adalah beberapa kali
seseorang melakukan latihan intensif dalam waktu satu
minggu.
Frekuensi latihan bergantung pada sifat olah raga yang
dilakukan, frekuensi latihan 3-4 perminggu untuk daya
tahan adalah cukup efektif. Sedangkan untuk meningkatkan
kapasitas aerobik frekuensi 3 kali seminggu cukup efektif.
Makin banyak frekuensi latihan daya tahan setiap minggu
semakin cepat pula hasil peningkatan kapasitas daya tahan
orang tersebut, namun demikian agar di dalam menentukan
frekuensi latihan benar – benar memperhatikan batas
kemampuan seseorang karena bagaimanapun juga tubuh
seseorang tidak dapat beradaptasi lebih cepat dari batas
kemampuannya.
Apabila frekuensi latihan dilakukan berlebihan,
akibatnya bukan percepatan kenaikan kapasitas daya tahan
yang dicapai, tetapi dapat mengakibatkan sakit.
D. Gejala Fisik
Sesak nafas pada menit-menit pertama latihan berarti
pemanasan tidak cukup.
Bila merasa mual muntah-muntah, mata berkunang-
kunang, kepala pusing, dada terasa sakit dan berdebardebar,
sehari setelah latihan masih terasa lelah berarti
takaran latihan terlalu besar.
17
Bila setelah latihan merasa sukar tidur, berarti takaran
latihan terlalu besar atau waktu latihan terlalu dekat
dengan waktu tidur (kurang dari 3 jam).
E. Makanan dan Minuman
Dua jam menjelang latihan, makan harus sudah selesai.
Untuk latihan di pagi hari, dianjurkan tidak makan
terlebih dahulu
Sebelum dan sesudah latihan dianjurkan untuk minum,
sedangkan selama latihan diperbolehkan untuk minum.
Minum sebaiknya dipilih yang bersuhu kurang lebih
15
o
C ( jangan minum air hangat) dan tidak terlalu manis.
F. Perlengkapan Latihan
Pakaian hendaknya tidak terlalu ketat sehingga
mengganggu pernafasan dan terbuat dari bahan yang
mudah menyerap keringat.
Wanita dianjurkan memakai beha olah raga dengan
ukuran yang benar.
Perlengkapan perlindungan seperti pelindung lutut
(kneedecker), pelindung tumit (ankledecker) bisa dipakai
sesuai kebutuhan.
Pakailah sepatu untuk senam aerobik atau sepatu olah
raga yang benar.
G. Waktu Latihan
Latihan pada dasarnya dilakukan setiap saat.
Khusus di daerah tropis, suhu yang terlalu tinggi
hendaknya dihindari.
Pagi sebelum jam 10.00 WIB.
Sore setelah jam 15.00 WIB.
Mendekati waktu tidur sebaiknya tidak melakukan
latihan yang terlalu berat (3 jam sebelum tidur, latihan
harus sudah selesai).
18
H. Penggunaan Obat-Obatan
Obat-obatan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan
hendaknya diminum/dimakan sesuai dengan petunjuk
dokter.
Bahan-bahan yang diperkirakan mempengaruhi kerja
tubuh (jamu, obat kuat dan sebagainya) bila diperlukan
sebaiknya dimakan/diminum sesudah latihan.
19
TABEL ZONA LATIHAN
Tabel ini menunjukkan tingkat terangsangnya sistem kardio
respirasi akibat latihan yang dilakukan.
20
21
22
BAB V
DIET, NUTRISI DAN PENAMPILAN OLAH RAGA
A. Pendahuluan
Nutrisi adalah ilmu pengetahuan tentang makanan dan
hubungannya dengan kesehatan dan aktivitas fisik. Untuk
mencapai kesehatan dan kebugaran fisik yang optimum,
mampu bertahan terhadap latihan yang keras dan mampu
mencapai penampilan dalam kompetisi secara baik, seorang
atlet harus memperoleh nutrisi yang tepat. Pada beberapa
puluh tahun belakangan ini sering dikemukakan berulangulang
bahwa daya kerja fisik pada rata-rata orang dapat
ditingkatkan secara nyata dengan pemberian diet khusus atau
penambahan diet khusus, pada diet dengan cara demikian
peningkatan penampilan pada atlet yang berlatih dalam
penampilan olah raga akan lebih besar lagi. Namun dari suatu
diet yang seimbang sudah cukup bagi seorang atlet untuk
mencapai penampilan yang optimal.
Walaupun nutrisi yang tepat belum dapat menjamin
penampilan dalam olah raga, namun nutrisi yang tidak tepat
sudah pasti mempunyai pengaruh yang buruk terhadap
penampilan dalam olah raga, yang
Menyebabkan seorang atlet tidak dapat menggunakan
secara penuh potensinya, yang didapat melalui latihan-latihan
yang benar dan dari bakat-bakat yang diturunkan kepadanya.
Nutrisi yang benar berarti mengkonsumsi makanan dan
cairan yang memadai secara cukup akan memberikan :
a. Bahan bakar ( misalnya karbohidrat ) untuk energi.
b. Bahan-bahan (misalnya protein ) untuk membangun,
memelihara dan memperbaiki semua jaringan tubuh
c. Bahan-bahan ( misalnya vitamin dan mineral ) yang
membantu proses-proses metabolisme
d. Air, suatu medium cairan untuk kebanyakan proses-
proses metabolisme.
23
Keenam golongan atau macam bahan yang diperlukan
tubuih ialah :
Karbohidrat
Vitamin
Lemak
Protein
Mineral
Air
Karbohidrat dan lemak merupakan bahan gizi utama untuk
menghasilkan energi utama bagi tubuh. Dalam nutrisi, energi
dinyatakan dalam kilokalori ( kkal ) atau kilojoule ( KJ ).
( 1 kilokalori = energi yang diperlukan untuk menaikan
temperatur dari 1 kilogram air sebesar 1
o
C ).
Prinsip-prinsip dasar nutrisi berikut ini berlaku baik bagi
para atlet maupun bukan atlet :
1. Kebutuhan energi total untuk sehari =
kebutuhan energi metabolik basal untuk sehari +
kebutuhan energi tambahan untuk aktivitas fisik dalam
sehari.
2. Dari kebutuhan nutrisi total sehari, kira-kira 50% sampai
55% sebaiknya dari karbohidrat, 25% sampai 35% dari
lemak dan 10% sampai 15% protein.
Kebutuhan energi metabolisme basal dari seseorang kurang
lebih 1000 sampai 2000 kilokalori dan bergantung pada :
1. Jenis kelamin : kebutuhan energi metabolisme basal dari
pria biasanya 25% lebih tinggi daripada wanita.
2. Ukuran dan bentuk tubuh : makin besar atau tinggi,
makin besar kebutuhannya.
3. Kecepatan metabolisme basal : makin tinggi kecepatan
metabolisme basal ( misalnya pada tiroksikosis ), makin
tinggi kebutuhan energi.
4. Umur : makin muda seseorang, makin tinggi kebutuhan
energi.
5. Kondisi cuaca : makin ekstrim cuaca, makin tinggi
kebutuhan energi.
Kebutuhan tambahan energi untuk aktifitas fisik jauh lebih
tinggi pada para atlet ( kurang lebih 1000 sampai 4000 kalori )
24
daripada mereka yang tidak aktif ( kurang lebih 500 sampai
1000 kilokalori ) dan bergantung pada :
1. Aktifitas yang melibatkan kelompok otot kecil, atau
sedang atau otot besar dan apakah aktivitasnya terputusputus
atau
terus-menerus.
2. Intensitas ringan, sedang atau berat.
3. Lamanya yaitu pendek atau panjang.
4. Frekuensi : sekali atau beberapa kali saja.
Tabel 1 : Perkiraan kebutuhan energi harian total dari para
atlet dari cabang olah raga atau kelompok aktivitas
yang berlainan.
Kilokalori perhari
Kilokalori
per hari per kg
berat badan
Kelompok Aktivitas
Pria Wanita Pria Wanita
Terutama aerobik
55-56 50-60
Misalnya
pertandingan seperti
lari bersepeda
dan berenang jarak
Jauh
Terutama anaerobik
3000 -
5000
30006000
25004500
50-55 45-50
Misalnya
pertandingan seperti
lari jarak pendek,
lempar, angkat berat
dan senam
Pertandingan
pertandingan
dengan sedikit usaha
otot,
seperti bowling, catur,
goll
dan balap motor
25003500
25004500
20003000
45-50 40-45
25
Presentasi lemak untuk seseorang bukan atlet ialah antara
16 sampai 20% pada pria dan 20 – 25% pada wanita. Tetapi
atlet-atlet tingkat puncak yang berkompetisi mempunyai
presentasi lemak kurang dari 10% untuk pria dan kurang dari
15% untuk wanita suatu defisit dalam pemasukan kalori (yaitu
kalori yang masuk kurang daripada yang dibakar) akan
mengurangi berat badan dan presentase lemak badan. Latihanlatihan
berat tanpa adanya defisit pemasukan kalori juga akan
menyebabkan turunnya presentasi lemak badan, tetapi tidak
akan menyebabkan turunnya berat badan. Bahkan kemungkinan
berat badan justru bertambah, bila terjadi penambahan masa otot
yang berarti.
B. Karbohidrat dan Lemak
Karbohidrat dan lemak merupakan bahan bakar utama yang
menghasilkan energi untuk otot yang sedang bekerja. Selama
persediaan energi karbohidrat dan lemak mencukupi, persentase
energi yang berasal dari protein biasanya kurang dari 4%.
Persentase penggunaan karbohidrat dan lemak dalam
metabolisme energi bergantung pada :
Jenis dari pekerjaan otot : Ringan, sedang atau berat
(terutama dalam kaitannya dengan tenaga aerobik
maksimum dari otot yang bekerja); sebentar atau lama;
terpututs-putus atau terus-menerus.
Macam dari diet : tinggi atau rendah dalam karbohidrat
dan lemak.
Terlatih atau tidaknya : tidak terlatih, terlatih secara
lumayan atau terlatih dengan baik terutama dalam
kaitannya dengan kebugaran aerobik ( ketahanan kardiorespirator
).
Tingkat kesehatan : penyakit-penyakit tertentu seperti
diabetes mengganggu pemilihan secara normal dari
bahan bakar.
26
C. Jenis Dari Pekerjaan Otot
Pada waktu istirahat dan pada waktu otot bekerja secara
aerobik secara ringan sampai sedang, bila kebutuhan
oksigen mencukupi, baik karbohidrat maupun lemak ikut
serta memberikan energi (peranan akan lebih besar bila
kadar glukosa rendah seperti dalam keadaan puasa).
bila otot bekerja sedang atau berat secara aerobik selama
lebih dari 1 jam, lemak merupakan sumber energi utama.
Pada pekerjaan otot secara aerobik yang sangat berat,
yang berlangsung lebih dari 1 jam. Pada pekerjaan otot
secara anaerobik yang sangat berat butuh beberapa
menit, karbohidrat merupakan sumber energi yang utama
dan hampir satu-satunya sumber energi.
Tabel 2 : Ringkasan dari peranan pemberian energi dari
lemak dan karbohidrat (KHO) pada berbagai jenis
pekerjaan otot.
Deskripsi dari pekerjaan Perkiraan % dari
Otot yang terlibat Konstribusi energi
Jenis Perkiraan Intensitas Perkiraan
Lemak KHO
aktivitas % VO, Max DJM Waktu
Aktivitas
aerobik
ringan
sampai
sedang
Aktivitas
aerobik
ringan
sampai
berat
Aktivitas
aerobik
sangat berat
mendekati
maksimum
atau
maksimum
< 50% < 70% < 1 jam 50 - 70% 25 - 50%
50 - 60% 70 - 80% > 1 jam > 75 % < 25%
60 - 90% 80 - 95% > 1 jam < 10% > 90%
27
Aktivitas
anaerobik
sangat berat
mendekati
maksimum
atau
maksimum
> 90% > 95%
Beberapa
detik atau
menit
< 110% > 90%
Keterangan: VO, Max = Uptake Oksigen Maksimum
DJM = Denyut Jantung Maksimum
D. Jenis diet
Suatu diet yang kaya akan karbohidrat mendorong
partisipasi yang lebih tinggi dari karbohidrat dalam
metabolisme. Lagi pula jumlah karbohidrat dalam diet, dan
bukan lemak, menentukan apakah bahan bakar yang dipilih
ialah asam lemak atau glukosa. Sebab pemasukan
karbohidrat yang tinggi menyebabkan kadar glukosa darah
meningkat dan pembentukan hormon insulin juga
meningkat ini menghambat mobilisasi asam lemak dan
mengurangi tersedianya asam lemak bebas dan
menghindarkan partisipasi lemak dalam metabolisme
energi. Beberapa hal yang perlu dicatat mengenai
efektivitas dari diet dengan kompetisi super :
1. Perbaikan penampilan memang terlihat, tetapi terbatas
terutama pada perlombaan ketahanan yang berlangsung
lebih dari 1 jam . Ini disebabkan karena diet tadi tidak
membuat atlet mampu lari, berenang atau bersepeda
lebih cepat, tetapi memungkinkan ia untuk
mempertahankan kecepatan puncaknya yang normal
dalam waktu yang lebih lama dan biasa, yang pada
perlombaan ketahanan biasanya sekitar 1 jam. Lagi
pula perbaikan-perbaikan demikian tidak selalu dapat
diulang.
2. Untuk perlombaan yang lebih singkat (misalnya lari
jarak pendek, senam, angkat besi) dan bagi mereka
yang harus mengangkat seluruh berat tubuhnya
(misalnya pelompat tinggi), tidak terlihat adanya
perbaikan dengan diet demikian malahan atlet-atlet ini
akan menunjukkan kemunduran penampilannya. Hal
28
ini terutama disebabkan karena pertambahan berat
sekitar 2 kg dari glikogen dan air yang harus
menyertainya. (untuk setiap gram glikogen dalam
tubuh harus diikuti 2,7 gram air yang disimpan
bersama dengan glikogen).
3. Beberapa atlet mengeluh tentang rasa tidak enak dan
nyeri disebabkan bengkaknya otot, karena penambahan
glikogen dan air.
4. Latihan normal selama tahap diet rendah karbohidrat,
mungkin berlangsung kurang baik karena penggunaan
energi secara tidak efisien berhubung tidak cukupnya
karbohidrat. Oleh sebab itu, pendapat terakhir mengenai
diet pengisian karbohidrat secara melewat batas ini ialah
mencoba menghilangkan tahap diet karbohidrat rendah,
walaupun mengakibatkan agak menurunnya tambahan
simpanan glikogen.
5. Kurang enaknya diet demikian juga membuatnya kurang
menarik bagi para atlet.
6. Pada atlet-atlet yang lebih tua menggunakan diet ini,
dapat menimbulkan kelainan-kelainan pada
elekrokardiogram (EKG) dan nyeri dada yang bersumber
dari jantung (angina pektoris). Juga tidak dapat
dikesampingkan kemungkinan terjadinya gangguan hati
dan ginjal dan keadaan-keadaan seperti gout (asam urat
darah yang tinggi) karena seringnya penggunaan dari
diet demikian.
7. Suatu keuntungan dari penambahan kadar air ialah pada
perlombaan ketahanan, dimana glikogen digunakan
sebagai energi, air akan menjadi bebas dan membantu
mengganti air yang berkurang karena berkeringat dan
pernapasan.
Karena alasan-alasan diatas, diet pengisian karbohidrat yang
melewati batas ini tidak boleh digunakan pada semua orang dan
juga tidak boleh diletakan harapan yang terlalu tinggi pada diet
ini.
29
E . Tingkat terlatihnya seorang atlet
Seorang atlet yang terlatih biasanya mempunyai
sistem pengangkut oksigen yang lebih efisien,
suatu persediaan oksigen untuk otot yang bekerja
lebih baik dan kapasitas aerobik maksimum lebih
tinggi daripada seorang atlet yang tidak terlatih
karena kemampuan untuk menggunakan lemak.
Sebagai bahan bakar sedikit banyak tergantung pada
tersedianya oksigen, pilihan penggunakan bahan bakar untuk
otot yang sedang bekerja, juga bergantung pada beban kerja
dalam kaitannya dengan kapasitas aerobik maksimum seorang
atlet.
Makin besar kapasitas aerobik maksimum dari seorang atlet
makin memadai persediaan oksigen dan dengan demikian
presentase kontribusi lemak dalam metabolisme energi pada
suatu beban kerja juga lebih tinggi. Terutama pada pekerjaan
otot intensitasnya sedang dan berlangsung lama (lebih dari satu
jam ), lebih menguntungkan untuk menggunakan lemak sebagai
sumber energi otot, karena simpanan lemak jauh lebih besar dari
pada simpanan karbohidrat. simpanan lemak pada seorang
dewasa yang bergizi baik dapat berkisar antara 100.000
kilokalori (400 mega joule) atau lebih, sedangkan simpanan
karbohidrat hanya berjumlah sekitar 1800–2000 kilokalori.
Kalori yang tersedia dalam adenosin trifosfat (ATP) dan
fosfokreatin (FK), dua senyawa fosfat yang berenergi tinggi
yang ditemukan dalam sel, hanya cukup untuk pekerjaan fisik
berat kurang dari 1 menit.
Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang, mempunyai sangat sedikit simpanan likogen dan
hampir semata-mata bergantung pada gula darah untuk sumber
energinya. Gula darah terutama didapat dari simpanan
karbohidrat tubuh.
Walaupun pekerjaan intelektual tampaknya tidak
meningkatkan penggunaan oksigen secara keseluruhan, tetapi
30
mungkin penggunaan energi oleh susunan saraf pada waktu
pengerahan tenaga fisik sangat meningkat karena tambahannya
secara cepat lalu lintas impuls saraf dan kecepatan yang
bertambah dari aktifitas- aktifitas lain (misalnya pompa
natrium). Defisiensi dari persediaan gula darah, karena
berkurangnya simpanan karbohidrat, dapat menyebabkan
berkurangnya fungsi susunan saraf pusat (disorientasi,
gangguan koordinasi dan kelesuan) pada para atlet pada waktu
pengerahan tenaga fisik yang berat.
F. Protein
Salah satu isapan jempol yang paling sulit dihilangkan
tentang nutrisi olahraga ialah kepercayaan bahwa protein dalam
jumlah tinggi diperlukan untuk penampilan yang baik. Sering
kali atlet yang memakan protein dalam jumlah besar, terutama
daging sapi, untuk perlombaan-perlombaan yang terutama
memerlukan kekuatan, karena mereka percaya bahwa hal
tersebut akan membuat mereka “kuat seperti sapi jantan”.
Kalau saja mereka sadar, bahwa sapi jantan yang kuat pun
akan tetap hidup dengan semata-mata makan rumput, yang
kadar proteinnya lebih rendah dari diet normal dari semua
orang. Lagi pula, seperti telah dikemukakan sebelumnya, protein
tidak banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk energi,
selama persediaan energi dari karbohidrat dan lemak
mencukupi.
Protein diperlukan untuk membangun, mempertahankan
dan memperbaiki jaringan-jaringan tubuh. Seorang atlet yang
terlibat dalam latihan-latihan dan kompetisi berat, terutama bila
ia seorang anak remaja yang masih tumbuh dan membesarkan
otot-ototnya melalui suatu latihan baban dengan tahanan tinggi,
pasti memerlukan protein lebih banyak daripada seseorang
bukan atlet.
Suatu pemasukan protein yang berlebihan menyebabkan
hati dan ginjal bekerja lebih berat, karena harus memecahkan
dan mengeluarkan protein yang berlebihan. Ini disebabkan
karena protein tidak seperti karbohidrat dan lemak, tidak dapat
disimpan dalam jumlah yang cukup besar di dalam tubuh dan
31
kelebihannya harus dikeluarkan dari tubuh melalui urin dan
tinja.
Protein yang berlebihan bagi atlet tidak berguna dan bahkan
dapat merugikan penampilan, terutama pada perlombaan
ketahanan. Juga bertambah kemungkinan terjadinya gangguan
hati dan ginjal. Pemasukan protein yang berlebihan biasanya
mahal, menghilangkan bahan bakar untuk energi yang lebih
efisien bagi atletnya (seperti karbohidrat dan lemak) dan
mendorong terjadinya dehidrasi, hilangnya nafsu makan dan
dapat menyebabkan diare.
Penggunaan secara berulang-ulang dari steroid anabolik
dengan dosis sangat tinggi dan diet protein telah terbukti dapat
menambah semakin besarnya otot, kekuatan dan tenaganya.
Namun demikian penggunaanya tidak dianjurkan dan dikutuk
oleh komunitas olah raga internasional karena kemungkinannya
menyebabkan gangguan kesehatan yang mungkin timbul ialah
kerusakan dan penyakit hati, kemandulan pada pria dan wanita,
menjadi kelaki-lakiannya wanita dan bertambah besarnya
kemungkinan untuk mendapat luka lambung karena stres.
G . Vitamin dan Mineral
Vitamin dan Mineral tiap harinya hanya diperluakan dalam
jumlah yang sangat kecil, juga pada atlet yang berlatih dengan
keras. Setiap tambahan kebutuhan dengan mudah dapat diatasi
dengan pemasukan dari diet yang lebih besar yang seimbang.
tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa pemasukan vitamin dan
mineral dalam jumlah yang jauh melampaui kebutuhan yang
dianjurkan bagi seorang atlet, dapat meningkatkan penampilan
dalam olahraga. Sebaliknya, perhatian yang lebih besar harus
ditunjukan terhadap kemungkinan pengaruh yang merugikan
dari penggunaan secara berlebihan secara berulang-ulang atau
dalam waktu yang cukup lama. Dari jenis vitamin yang
beraneka macam, 3 diantaranya (C,E, dan B kompleks) yang
menarik perhatian dalam nutrisi olah raga.
H . Vitamin C ( asam askorbik)
Vitamin C diperlukan untuk pertumbuhan normal dari
jaringan ikat, penggunaan optimal dari besi dan menghambat
32
rapuhnya pembulu darah kapiler. Sejumlah atlet yang sukses
telah menambah pemasukan harian vitamin C dari 40 – 60 mg
pada waktu latihan-latihan berat dan kompetisi, tanpa akibat
yang merugikan. Pemasukan yang berlebihan sampai beberapa
ribu mg vitamin C sehari dapat berakibat buruk pada fungsi
ekskresi dari ginjal (misalnya timbul batu ginjal).
I . Vitamin E
Defisiensi dari vitamin E dapat menyebabkan hipotrofi dari
otot (mengkerut dan fungsinya menurun) dan daya tahan
terhadap anaerobik berkurang. Vitamin E juga dikatakan
mempunyai pengaruh baik pada pengobatan penyakit jantung.
Walaupun demikian telah dibuktikan bahwa penggunaan
vitamin E secara berlebihan tidak meningkatkan penampilan
dalam olah raga
J . Vitamin B kompleks
Pada penderita-penderita dengan asidosis karena diabetes
dan penyakit jantung yang berat, pemberian vitamin B kompleks
secara intravena mempunyai pengaruh yang positif, bila
diberikan kepada mereka yang kekurangan akan vitamin ini,
membantu mengembalikan energi dan vitalitas yang hilang.
K. Mineral
Diantara berbagai jenis mineral yang dibutuhkan tubuh
agar proses-proses metaboliknya dapat berfungsi dengan
efisien, yang paling banyak menarik perhatian dalam nutrisi olah
raga ialah besi, natrium, dan kalium, hanya mineral-mineral ini
yang akan diuraikan secara singkat. Mineral lain yang mungkin
penting dalam olahraga ialah magnesium.
L. Besi
Besi merupakan mineral yang terutama sekali penting
dalam olah raga, karena ia merupakan komponen esensial dari
hemoglobin, pembawa oksigen utama di dalam darah. Defisiensi
dari besi umumnya berakibat berkurangnya kemampuan
33
mengangkut oksigen dan berkurangnya kemampuan ketahanan
kardio-respirator.
Pemasukan tablet besi secara berlebihan sering kali
menimbulkan kontipasi atau kadang-kadang diare. Lagi pula
pemasukkan besi secara berlebihan dalam waktu lama akan
menyebabkan penimbunan besi secara abnormal dan
merugikan di dalam hati dan organ organ dan jaringan lain.
M. Natrium dan Kalium
Keduanya penting untuk proses metabolik (misalnya
pompa natrium) pada waktu kontraksi otot. Bila mengalami
defisiensi akan terjadi penurunan efisiensi dari pekerjaan otot.
Natrium dan sedikit banyak juga kalium, secara normal keluar
dari tubuh melalui keringat yang berlebihan. Oleh karena itu
para atlet yang banyak mengeluarkan keringat harus menjaga
agar kehilangan mineral tadi diganti secara memadai.Untuk
mengganti garam yang hilang, biasanya cukup dengan
menambahkan garam dapur (yang biasanyamengandung natrium
maupun kalium) atau kecap pada diet yang seimbang. Bila
diperlukan untuk mengganti kalium dan natrium secara cepat
dengan jalan oral, dianjurkan untuk menggunakan minuman
encer yang dingin yang mengandung kurang dari 10 mEq/liter
natrium dan 5 mEq/liter kalium. Kecuali pada keadaan-keadaan
yang tidak lazim, penggunaan tablet garam tidak dianjurkan
karena kurang efektif mengingat absorpsinya lebih lambat dan
risiko terjadinya intasi lambung dan tukak lambung cukup besar.
N. AIR
Walaupun air tidak mengandung energi dan tidak langsung
berkaitan dengan kebutuhan energi dari tubuh, air merupakan
bahan gizi yang sangat esensial. Ini disebabkan karena 50%
sampai 70% dari tubuh terdiri dari air yang merupakan medium
cair dimana proses-proses metabolik tubuh terjadi.Suatu defisit
air sebesar 1% berat badan saja terbukti menurunkan toleransi
secara bermakna terhadap pekerjaan fisik yang berat, juga pada
atlet-atlet yang terlatih baik, bugar dan telah beraklimatisasi
34
dengan baik. Pada perlombaan ketahanan (lari dan bersepeda
jarak jauh) dalam keadaan yang kurang baik dapat menimbulkan
suatu defisit air sebanyak 3% sampai 10 % atau lebih dari berat
badan.
Pengaruh buruk sebagai akibat kekurangan air adalah :
Penampilan yang sangat menurun.
Suatu risiko yang lebih besar akan terjadinya problem
stres karena panas (misalnya sengatan panas, payah
panas dan kram karena panas.
Hipertermia atau kenaikan suhu tubuh yang abnormal.
Efisiensi berkeringat yang menurun.
Beban yang berbahaya terhadap sistem kardiovaskuler
dan peredaran darah.
Meningkatnya risiko gangguan sistem saraf pusat,
seperti disorientasi, kebingungan dan kelesuan.
Para atlet yang berusaha untuk mengkonsumsi
cairan/larutan gula dalam jumlah besar pada waktu berlatih atau
bertanding sering mengeluh tentang rasa tidak enak diperut, rasa
penuh, mual, ketidakmampuan untuk mengkonsumsi cairan
setelah pemberian makanan beberapa kali dan penurunan
penampilan. Hal ini disebabkan karena konsentrasi yang rendah
dari gula (>25 gm/liter) secara drastis mengganggu kecepatan
pengosongan lambung dan penyerapan cairan. Walaupun suatu
penelitian menyimpulkan bahwa penggantian elektrolit yang
hilang bersama keringat pada aktivitas-aktivitas yang
berlangsung lama, seperti maraton, tidak perlu, namun semua
peneliti sepakat bahwa penggantian air adalah perlu.
O. Kebutuhan Nutrisi dan Rencana Diet yang Dianjurkan
untuk Para Atlet
Untuk semua atlet yang sedang berlatih, jumlah yang
diperlukan dari karbohidrat, protein dan lemak biasanya dapat
dipenuhi melalui rencana diet 3xCPL-321, dimana:
3x berarti paling tidak makan tiga kali sehari (pagi,
siang dan malam) dan CPL-321 berarti masing-
35
masing makanan tadi harus mengandung 3 bagian
makan yang kaya akan karbohidrat, 2 bagian makan
yang kaya akan protein dan 1 bagian makan yang
kaya akan lemak. Walaupun perbandingan CPL-321
yang dianjurkan ini tampaknya berbeda dengan diet
yang seimbang terdiri dari 50%-55% karbohidrat,
10%-15% protein, dan 25%-35% lemak, adalah
sebenarnya sama karena lemak mengandung lebih
banyak kalori per gram(9,3 kilokalori) dibandingkan
dengan protein dan karbohidrat (4,1 kilokalori). Lagi
pula semua makanan yang kaya akan protein
(misalnya daging, tumbuhan polong dan hasil pabrik
susu) mengandung cukup banyak lemak.
Bagian 3 karbohidrat sebaiknya terdiri dari :
Satu bagian besar dari tepung yang dimasak
(misalnya nasi, mie, roti) yang merupakan
mayoritas dari karbohidrat yang diperlukan
untuk kebutuhan energi.
Satu bagian besar dari buah-buahan segar dan
sayuran yang sedikit saja dimasak sehingga
vitamin dan mineralnya tidak rusak.
Satu bagian kecil dari gula karbohidrat
(misalnya, selai, gula, madu) untuk memaniskan
makan, sehingga disenangi kebanyakan orang
dan memberikan energi yang mudah dipakai.
Kedua bagian protein sebaiknya berupa :
Satu bagian yang agak besar dari bahan
makanan protein yang berasal dari bahan
binatang atau bahan dari pabrik susu (misalnya
daging, ikan telur, susu, keju dan , yogurt), yang
mengandung semua asam amino yang
dibutuhkan dan sejumlah vitamin dan mineral.
Satu bahan yang lebih kecil dari bahan
makanan protein yang berasal dari tumbuh
tumbuhan (misalnya tumbuhan polong, buncis,
36
biji-bijian) yang biasanya lebih murah, tetapi
bukan sumber lengkap dari protein dan asam
amino.
Satu bagian dari lemaik sebaiknya setengah dari
binatang dan setengah dari vitamin-vitamin yang larut
dalam lemak A, D, E dan K secara memadai dan
mengurangi risiko terjadinya pembuluh darah jantung
yang menyempit yang ada kaitannya dengan diet yang
banyak mengandung lemak yang berasal dari
binatang.
Tujuan praktis dari nutrisi makanan di atas juga harus :
Bervariasi : diet dari berbagai macam daging, sayur-sayuran,
buah-buahan, karbohidrat dan lemak akan lebih memenuhi
selera dan bergizi, karena kandungan bahan gizi esensial
(misalnya vitamin, mineral dan asam amino) bervariasi
pada masing-masing jenis makanan.
Memenuhi selera : dipilih suatu diet yang bervariasi,
dengan diberi bahan-bahan tambahan yang tidak beracun
dan tidak mempunyai pengaruh yang merugikan pada
latihan dan penampilan.
Sealamiah dan sesegar mungkin : makanan yang bersih,
alamiah dan segar lebih bergizi daripada makanan yang
diawetkan dan dicampuri bahan tambahan karena makanan
yang alamiah dan segar biasanya tetap mempertahankan
bahan – bahan gizi esensial, sedangkan makanan yang
diawetkan biasanya telah berubah.
Cairan yang memadai : penggantian atau pemasukan cairan,
terutama air perlu untuk kesehatan dan penampilan yang
optimal. Dengan demikian diusahakan agar setiap hari
jumlah cairan yang dikonsumsi harus lebih dari sekedar
untuk menghilangkan rasa haus saja. Hal ini penting bagi
atlet yang banyak kehilangan air melalui keringan pada
waktu berlatuih atau berkompetisi.
P. Persiapan Diet Sebelum Kompetisi
37
Jenis diet dan kebutuhan bahan gizi untuk atlet sebagai
persiapan kompetisi penting untuk dibedakan antar perlombaan
yang berlangsung amat singkat dan perlombaan ketahanan yang
berlangsung lama. Dari segi nutrisi, pada perlombaan ketahanan
perlu dibedakan lebih lanjut perlombaan yang berlangsung
kurang dari satu jam, antara satu dan dua jam dan lebih dari dua
jam.
Q. Untuk Perlombaan yang berlangsung kurang dari Satu
jam
Pada pengeluaran tenaga fisik yang sangat besar yang
berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit, dan
perlombaan yang kurang berat dan berlangsung kurang dari satu
jam, simpanan energi dari karbohidrat dan lemak biasanya
mencukupi untuk mengatasi kebutuhan energi.
Dengan demikian, suatu diet khusus, diet yang seimbang dalam
jumlah yang mencukupi tidak akan mempunyai pengaruh yang
menguntungkan terhadap penampilan.
R. Perlombaan yang Berlangsung Satu Sampai Dua jam
atau Lebih
Perlombaan demikian biasanya merupakan aktivitas otot
aerobik submaksimum yang mengikut sertakan kelompok otototot
besar.
Oleh karena itu, energi yang dibutuhkan akan
dipenuhi oleh persedian karbohidrat yang cukup banyak. Hal ini
dilakukan untuk mengisi persediaan glikogen otot, yang akan
menguntungkan penampilan. Terutama pada perlombaan yang
berlangsung lebih dari dua jam, harus juga dikonsumsi 400-500
ml cairan yang mengandung kurang dari 25 mg/ liter glukosa,
10-15 menit selama perlombaan. Hal ini untuk menambah
pengeluaran glukosa hati dan mengganti kehilangan air dan
elekrolit melalui keringat yang memang keluar dalam jumlah
besar.
38
Untuk menjamin bahwa persendian glikogen di dalam otot
tidak berkurang sebelum perlombaan, pekerjaan otot yang berat
beberapa hari sebelum perlombaan haruslah dicegah. Juga tidak
dianjurkan untuk terus makan diet karbohidrat tinggi secara
teratur.
39
P
BAB VI
MENSTRUASI DAN OLAH RAGA
ada hakikatnya masalah menstruasi bagi kaum wanita
janganlah dipandang sebagai suatu yang luar biasa. Ini
adalah semata-mata peristiwa biasa, yaitu suatu
kejadian fisiologis dalam rangka perkembangan
jasmaniah dan rohaniah kaum perempuan. Memang
demikian adanya, karena haid ada sangkut pautnya dengan
fungsi biologis kaum wanita. Esa Westerbeek mengungkapkan
antara lain : “ sesungguhnya pada anak-anak perempuan
selayaknyalah gejala-gejala menstruasi dijelaskan sebaik
mungkin dan artinya bagi kehidupan orang perempuan “.
Jika menstruasi berlangsung secara normal, maka sama
sekali tidak ada satu alasanpun untuk menghentikan latihan
gerak badan dimasa haid. Hendaklah segala-galanya
berlangsung seperti biasa dan diharapkan pula prestasi tetap saja
sama sebagai mana diluar masa haid.Jadi sebenarnya adalah
keliru untuk membenarkan anak perempuan tidak ikut serta
latihan gerak badan dimasa haid. Dengan demikian dapat
disimpulkan, bahwa haid tidak perlu menjadi rintangan dalam
berolahraga.
Sebenarnya yang menjadi pertanyaan adalah “ apakah olah
raga mempunyai pengaruh terhadap menstruasi?”. Berdasarkan
40
penelitian terhadap Sekolah Guru Pendidikan Jasmani/ Sekolah
Menengah Olah raga Atas Surabaya sejak tahun 1955 – 1962,
latihan gerak badan sama sekali tidak menimbulkan gangguan
atau kelainan haid bagi para siswa putri. Memang ada diantara
mereka yang tidak teratur haidnya setiap bulan, akan tetapi
setelah diadakan pemeriksaan ternyata bahwa :
Siswi yang bersangkutan mengalami haid yang pertama (
Menarche ) \. Ini adalah lumrah pada haid pertama, oleh
karena semua alat tubuh yang ada hubungannya dengan
menstruasi belum dapat dengan sempurna menyesuaikan
diri dengan masa peralihan menuju kedewasaan
secarajasmaniah dan rohaniah. Di waktu ini tidak jarang
timbul gejala-gejala psikis dan fisik yang tentunya akan
dapat hilang dengan sendirinya, bilamana haid sudah
menjadi teratur. Dari itu, perlu sekali penjelasan agar
hendaknya menganggap haid itu sebagai peristiwa biasa
saja sebagai mana telah dikemukakan di atas tadi. Jadi,
perlu ditekankan supaya jangan sekali-kali memandang
atau membicarakan masalah haid sebagai penyakit atau
kelainan.
Badan lemah sebab kurang darah ( anemia ) dan
belakangan ini lebih dikenal dengan ucapan “ lesu darah
“.
Dalam keadaan begini ada kalanya haid 2 kali, malahan
kadang-kadang lebih dari itu dalam satu bulan dan
dikenal dengan istilah polymennorhoea (jarak haid
kurang dari 21 hari). Sementara itu, ada pula yang
diselingi dengan masa tidak haid selama beberapa bulan :
amenorrhea. Tentu saja keadaan ini akan membuat anak
gadis makin gelisah, apalagi kalau orang-orang sekitar
mengetahui pula akan hal itu.
Rasanya baik juga dikemukakan disini kejadian yang
pernah terjadi pada seorang siswi putri Sekolah Menengah Olah
raga Atas di Surabaya sekitar tahun 1961. Pelajar putri tersebut
mendadak jatuh sewaktu berolahraga dan disaat itu pula haidnya
datang. Pada peristiwa tersebut, bukanlah latihan olah raga yang
menjadi penyebab uatama haidnya datang yang disertai dengan
41
jatuh tetapi keadaan kurang darahlah yang merupakan latar
belakang dari peristiwa tersebut. Tindakan untuk ini tidak lain
menghentikan latihan selama beberapa waktu dan memberikan
pengobatan untuk mengembalikan kekuatan dan kesehatannya
(obat-obat untuk lesu darah disebut roborantia). Berhubungan
dengan segala uraian diatas, maka pegangan yang dapat
dianjurkan dalam menghadapi kaum wanita yang berolah raga
adalah seperti berikut ini :
Para pelatih atau pendidik hendaklah dapat menetapkan
apakah haid normal atau tidak. Bilamana normal,
sebaiknyalah olahragawati yang bersangkutan mengikuti
latihan.
Bilamana terdapat gejala-gejala sakit ringan atau
keadaan yang merugikan dikala haid, serahkanlah
kepada olahragawati itu sendiri, apakah ikut atau tidak.
Akan tetapi, sebaiknya dinasehatkan untuk mencoba,
asal saja diawasi dengan baik. Sikap ini ada manfaatnya :
Untuk menghindari penyalahgunaan, artinya
kesempatan itu dijadikan si olahragawati untuk
bermalas-malasan untuk tidak mengikuti latihan.
Ternyata para siswa putri Sekolah Menengah Olah
raga Atas di Surabaya yang tadinya sewaktu mulai
menjadi siswa pada sekolah tersebut mengeluh
tentang sakit ringan dikala haid (sakit-sakitan), dapat
sembuh sama sekali setelah latihan selama ± 1
tahun. Dugaan adalah, bahwa kesukaran-kesukaran
itu mungkin sekali mempunyai dasar psikis, oleh
karena itu pada waktu menginjak dewasa perubahanperubahan
besar timbul akibat kelenjar-kelenjar
kelaminnya mulai bekerja giat. Timbulah rasa
rendah diri khawatir/gelisah bahkan kadang-kadang
juga gejala fisik.
Bila mana terdapat kelainan patologis, maka ini
memang merupakan alasan untuk melarang atau
tidak mengikuti latihan olah raga. Malahan
sebaiknya dikirim ke ahli penyakit kandungan untuk
42
pemeriksaan lebih lanjut. Adapun kelainan patologis
tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
o Haid begitu sakit.
o Kelainan peredaran siklus haid :
Oligomenorrhea : jarak waktu
haid lebih dari 35 hari.
Polymenorhea jarak waktu haid
kurang dari 21 hari.
Pendarahan yang banyak.
Lamanya haid tidak normal ( yang
normal biasanya 2-6 hari ).
Selanjutnya, untuk meyakinkan kaum wanita atau keraguan
untuk mengikuti latihan ataupun perlombaan/pertandingan
diwaktu haid dapat dikemukakan hasil penyelidikan harnick dan
Novak terhadap wanita-wanita yang tergabung dalam Maccabe
Sports Organization. Kedua ahli tersebut bekesimpulan, bahwa
sedikitpun tidak dijumpai efek sewaktu kaum wanita melakukan
kegiatan olah raga dikala haid. Bahkan juga dianjurkan untuk
tetap melakukan olah raga renang dikala haid dan tidak akan
menimbulkan akibat apa-apa terhadap olahragawati yang
bersangkutan.
Larangan untuk tidak berolahraga renang di kala haid
mungkin hanya dilandaskan pada kesopanan, karena dianggap
tidak pantas untuk merendamkan diri kedalam air. Kekhawatiran
akan timbulnya infeksi pada alat kelamin atau gangguan akibat
gerakan-gerakan renang itu sendiri tidak perlu ada.
Mengingat belakangan ini prestasi olahragawati sangat
menanjak di berbagai cabang olahraga, maka sementara itu
timbulah pertanyaan, “ apakah ada pengaruh menstruasi
terhadap prestasi?”.
Wawancara yang pernah diadakan terhadap seorang atlet
putri, bekas juara nasional lari jarak pendek 100 meter yang
mengatakan, bahwa dalam keadaan haid-lah dia memecahkan
rekor lari jarak pendek tersebut. Pada saat itu dia merasa paling
segar dan lincah dalam gerakan.
43
Selanjutnya , berdasarkan penelitian para sarjana dapat
ditarik kesimpulan, bahwa selama menstruasi para olahragawati
dapat mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Dr. Katharina
Dalton dari Inggris menerangkan bahwa :
Empat hari sebelum haid tiba, prestasi mempunyai
kecenderungan untuk menurun.
Diwaktu haid, yaitu selama 5 hari, prestasi menanjak
menuju puncaknya.
Selama 9 hari selesai haid, olahragawati berada dalam
kondisi terbaik.
Setelah terjadi opulasi, yakni terlepasnya sel telur dari
kandung telur pada hari ke 14 dari permulaan haid,
prestasi mulai menurun, disertai dengan bertambahnya
berat badan untuk mencapai puncaknya pada hari
pertama dari haid berikutnya.
44
DAFTAR PU S TAKA
Astrand, Per. Olaf, MD : Rodahl, Kaane, MD, Textbook of
Work Physiology, Mc Graw-Hill Book Company, New
York, 1970
Coover Phyus (ED), Aerobic Theory & Pratice, The Aerobic &
Association of Amerika 1993
Egger Gary, et al. The Fitness Leader, Exercise Bible :
Kanggoroo Press Inc. Tahun 1995
Fan Gelder, Neene (ED) Aerobic Dance Exercise Instructure
Manual : An Official Publication of The Idea
Foundation, Tahun 1992
Maxine Polley, Dance Aerobic Two, Anderson World Books,
Inc, 1983
45
Komentar
Posting Komentar